Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung, Tony Tribagus Spontana, mengungkapkan Jaksa Agung mendatang harus memahami anatomi dan nilai-nilai yang ada di internal penegak hukum tersebut.
Pernyataan yang disampaikan kemarin itu membuktikan internal kejaksaan menolak calon dari luar.
"Pernyataan itu bisa diartikan cara halus Koprs Adhyaksa menentang calon jaksa agung dari kalangan eksternal," kata Ketua Setara Institute, Hendardi kepada RMOL, sesaat lalu (Rabu, 12/11).
Dia menjelaskan, apa yang disampaikan Tony tersebut terkait tentang anatomi dan nilai-nilai kejaksaan yang selama ini berkembang di Korps tersebut justru harus diperbaharui.
Hendardi mengatakan kalau pemahaman dan penganutan yang over atau berlebihan atas nilai-nilai yang tidak jelas sumbernya hanya untuk memproteksi korps Adhyaksa dari pembaruan sistemik.
Tak itu saja, juga memupuk solidaritas buta yang tidak akuntabel, dan kebersamaan korps yang hanya menyelamatkan Kejaksaan tapi gagal melimpahkan keadilan bagi publik.
"Sebab standar calon Jaksa Agung bukan melulu bersih, tapi harus mampu mendorong kebuntuan atas berbagai pelanggaran HAM berat yang hingga kini belum diadili. Itulah tantangan terbesar Kejaksaan Agung," demikian Hendardi.
[zul]