Berita

raja muhammad vi/net

Dunia

Kasus Sahara Berbeda dengan Kasus Timor Leste

SENIN, 10 NOVEMBER 2014 | 03:49 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Salah bila membandingkan dan menyamakan kasus Sahara dengan kasus Timor Leste, atau sengketa teritori lain di Eropa Timur.  Setiap kasus memiliki spesifikasi dan kondisi sendiri-sendiri.

Adapun relasi antara Maroko dan Sahara telah terjadi jauh sebelum hari ini. Bahkan faktanya, hubungannya Maroko dan Sahara memiliki akar sejarah yang sangat dalam.

Demikian antara lain disampaikan Raja Muhammad VI dalam pidato mengenang 39 tahun Green March, 6 November lalu.

Green March yang terjadi tahun 1975 adalah sebuah peristiwa penting dalam sejarah penyatuan kembali wilayah Kerajaan Maroko setelah dibelah oleh kekuatan Eropa melalui Perjanjian Fez 1912. Sekitar 350 ribu orang Maroko berjalan kaki melintasi perbatasan semu yang diciptakan Prancis dan Spanyol di selatan.

Raja Muhammad VI mengatakan ia terlibat dalam negosiasi isu Sahara saat masih masih menjadi Putra Mahakota. Ia tidak ragu bertemu dan berbicara dengan orang-orang Maroko yang menetap di kamp Tindouf di Aljazair.

Maroko tidak punya masalah mengambil bagian dalam negosiasi langsung ataupun negosiasi yang difasilitasi PBB dengan pihak lain. Namun begitu perlu ditekankan bahwa kedaulatan Maroko atas seluruh wilayahnya adalah efektif, tidak  bisa dihilangkan dan tidak bisa dinegosiasikan,” ujarnya.

Keputusan Maroko memiliki kerjasama dengan pihak lain dalam masalah ini tidak bisa diartikan sebagai sinyal kelemahan. Juga tidak bisa digunakan sebagai pintu masuk untuk meminta hal yang lebih banyak.

Otonomi khusus yang ditawarkan dan pada kenyataannya sudah dipraktikan di Sahara adalah hal maksimum yang bisa disampaikan Maroko dalam negosiasi untuk mencapai keputusan final.

Raja Muhammad VI juga mempertegas sejumlah poin  berkaitan dengan posisi Maroko dalam dialog yang dilakukan pihak lain berkaitan dengan isu Sahara.

Kita mengatakan tidak pada setiap upaya yang bertujuan mengubah konflik wilayah ini menjadi isu dekolonisasi. Maroko ada di dalam wilayah Saharanya dan tidak pernah menjadi pemerintahan penjajah. Faktanya, ia menjalankan kedaulatan di atas wilayahnya,” ujar Raja.

Maroko juga mengatakan tidak pada setiap upaya untuk mempertimbangkan ulang prinsip dan kriteria dalam proses negosiasi, atau setiap upaya merevisi dan memperluas mandat Minurso, badan khusus yang dibentuk PBB untuk mengawasi kawasan ini.

Maroko juga menolak setiap upaya menempatkan gerakan separatis sejajar dengan anggota PBB. Maroko, sambungnya, menolak legitimasi kelompok yang tidak memiliki dasar hukum di Tindouf.

Pada bagian lain, Raja Muhammad VI juga menyampaikan penghargaan kepada Sekjen PBB dan negara-negara superpower khususnya Amerika Serikat yang memberikan kontribusi positif untuk menemukan solusi dari masalah ini.

Ketika mereka mengafirmasi bahwa Maroko adalah model dari pembangunan demokrasi, negara yang berpengaruh dalam menjamin keamanan dan stabilitas di kawasan dan partner dalam perang melawan terorisme, ada ambiguitas dalam hal mereka menghadapi pertanyaan tentang integritas teritori,” ujar Raja Muhammad VI lagi.

Maroko juga meminta Aljazair untuk menyadari bahwa tanpa sikap bertanggung jawab dari Aljazair, konflik ini tidak akan menemui solusi. Bahkan, apabila Aljazair tidak ikut bertanggung jawab terhadap situasi keamanan di kawasan, tidak akan ada stabilitas.

Ini tidak untuk menyinggung Aljazair, pemimpinnya dan rakyat Aljazair yang sangat kami hormati. kata-kata saya sangat hati-hati dan tidak ambigu. Saya menyampaikan fakta-fakta dan kenyataan yang sudah diketahui semua orang,” jelas Raja Muhammad VI lagi.

Aljazair merupakan faktor penting di balik perlawanan Polisario. Adalah Aljazair yang sejak awal memberikan dukungan finansial dan militer kepada Polisario. Bahkan Tindouf yang menjadi markas Polisario berada di wilayah Aljazair. [guh]

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Razia Balap Liar: 292 Motor Disita, 466 Remaja Diamankan

Senin, 03 Februari 2025 | 01:38

Pemotor Pecahkan Kaca Mobil, Diduga karena Lawan Arah

Senin, 03 Februari 2025 | 01:29

PDIP: ASN Poligami Berpeluang Korupsi

Senin, 03 Februari 2025 | 01:04

Program MBG Dirasakan Langsung Manfaatnya

Senin, 03 Februari 2025 | 00:41

Merayakan Kemenangan Kasasi Vihara Amurva Bhumi Karet

Senin, 03 Februari 2025 | 00:29

Rumah Warga Dekat Pasaraya Manggarai Ludes Terbakar

Senin, 03 Februari 2025 | 00:07

Ratusan Sekolah di Jakarta akan Dipasang Water Purifire

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:39

Manis di Bibir, Pahit di Jantung

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:18

Nasdem Setuju Pramono Larang ASN Poligami

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:03

Opsen Pajak Diterapkan, Pemko Medan Langsung Pasang Target Rp784,16 Miliar

Minggu, 02 Februari 2025 | 22:47

Selengkapnya