Setelah sukses berperan sebagai Senja dalam film Merah Putih hingga mendapat gelar penghargaan aktris terbaik pada Festival Film Internasional Bali tahun 2009, Rahayu Saraswati kembali hadir dalam film terbarunya, "Gunung Emas Almayer" yang bercerita tentang seorang pedagang asal Belanda yang terobsesi menemukan gunung emas.
Wanita yang akrab disapa Sara ini, dipilih oleh sutradara terkenal Malaysia U Wei Bin Haji Saari melalui iklan. Ia mendaftar lewat internet, tanpa mereka tahu siapa sosok Sara sesungguhnya. Ia melewati test yang ketat dan melelahkan. Dan ia buktikan kemampuannya di lokasi syuting yang bermedan berat.
"Menjalani proses yang sangat obyektif, detail dan panjang dalam casting yang dilakukan oleh U Wei sebagai sutradara, sangat menantang saya untuk bermain total dalam film ini", kata Sara di Jakarta, Minggu (2/11).
Dalam film itu ia memerankan tokoh Taminah, budak yang mengetahui banyak hal di kampung yang ia tempati, aktingnya begitu total di layar lebar produksi kolaborasi Indonesia dan Malaysia ini.
Sebulan penuh Sara berada di suatu desa di Malaysia. Mulai dari gigitan nyamuk hingga makanan nasi lemak yang harus ia nikmati sehari-hari, bergumul terik matahari dan berada di sungai yang tak bening lagi serta beraroma tak sedap, ia lalui tanpa alas kaki.
"Bagi saya panggilan pertama dalam hidup saya adalah akting, pada umur 14 tahun saya mau jadi aktris profesional dan saya sampaikan itu kepada orang tua, dan saya tidak bisa hidup dari akting. Karena itu saya tampil total dalam film ini", ungkap wanita berusia 28 tahun yang sempat mengecap pendidikan seni peran di Inggris dan di Amerika itu.
Sara, si cantik yang baru saja menjadi pengantin baru ini, sudah mulai menunaikan kewajibannya sebagai wakil rakyat di DPR. Ia memilih Komisi VIII DPR yang membidangi sosial, anak, pemberdayaan perempuan dan agama. Perempuan belia dan cerdas ini, tentunya akan total pula mengerjakan tugasnya di manapun.
"Untuk akting saya sangat serius, tapi jalan Tuhan berbeda dari yang saya inginkan untuk menjadi seorang aktris profesional. Jadi Tuhan pada saat ini membawa saya kepada dunia politik untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat, jadi itu yang akan saya perjuangkan saat ini."
Ayahnya, Hashim Djojohadikusumo seorang pengusaha sukses yang kini juga menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, menurutnya adalah kamus berjalan baginya dalam menggali wawasan dan ilmu pengetahuan. Hingga akhirnya pada tahun 2009, sebelum terjun di dunia politik, ia mulai menjadi aktivis anti perdagangan perempuan dan perbudakan modern.
"Karena itu saya maju ke dunia politik untuk memperjuangkan hak-hak warga negara Indonesia yang saat ini menjadi korban perbudakan modern di dunia. Dan peran saya sebagai budak yang bernama Taminah di Film Gunung Emas Almayer itu membuat saya bisa lebih semangat untuk berjuang di parlemen", tuturnya.
"Jadi antara peran saya di film ini dan tugas saya sebagai anggota parlemen sangat berkaitan. Dari berperan sebagai budak hingga berjuang secara nyata menghilangkan perbudakan modern", tutup Sara.
Film kolosal "Gunung Emas Almayer" yang akan tayang perdana di bioskop Indonesia pada 6 November merupakan wujud cerita dari novel klasik pertama Joseph Conrad yang berjudul “Almayers Follyâ€.