Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said diminta untuk segera membenahi sektor energi. Apalagi, Indonesia saat ini berada di ambang ancaman krisis energi.
Anggota Komisi VII DPR Dito Ganinduto mengatakan, Menteri ESDM yang baru harus bisa berlari kencang untuk melaÂkukan pembenahan di sektor energi dan mineral. Menurut dia, saat ini Indonesia sedang mengÂalami ancaman krisis energi.
“Ini bisa dilihat produksi miÂnyak dalam negeri terus menuÂrun. Sementara impor BBM terus meÂlonjak,†ujarnya kepada RakÂyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Dikatakan, tingginya impor BBM ini juga berdampak pada ekonomi makro, yaitu rontoknya kurs rupiah terhadap dolar AS.
Karena itu, menurut dia, yang harus dilakukan Menteri ESDM baru yakni meÂningÂkatkan proÂduksi minyak daÂlam negeri dan mengurangi keterÂgantungan imÂpor BBM. Salah satunya, dengan menekan alokasi subsidi BBM.
Di sektor mineral, menurut Dito, Menteri ESDM baru bisa mengebut penyelesaian reneÂgoÂsiasi kontrak karya perÂtamÂbaÂngan yang belum selesai dilaÂkukan pemerintahan SBY.
Selain itu, izin-izin usaha perÂtambangan ilegal dan berÂmasalah juga harus ditinÂdak supaya tidak ada keboÂcoran peneÂrimaan negaÂra. “Program pabrik pemurÂnian (
smelter) harus dikebut juga,†lanjutnya.
Sedangkan untuk sektor listrik, politisi Golkar itu mengingatkan Menteri ESDM untuk menguÂraÂngi ketergantungan pembangkit menggunakan BBM. Selain itu, dia bilang, biaya produksi listrik dan subsidi listrik perlu ditekan.
“Menteri ESDM harus bisa berÂlari cepat dan melakukan teÂroÂbosan baru guna mengantisipasi anÂcaman krisis energi,†tukasnya.
Hal senada disampaikan DiÂrektur Eksekutif Indonesian ReÂsources Studies (IRESS) MarÂwan Batubara. Dia mengÂingatÂkan, tanÂtangan terberat Sudirman Said sebagai Menteri ESDM adalah ancaman krisis energi.
“Sekarang ini bisa dibilang kita mengalami krisis energi yang meÂnyebabkan
triple defisit. Antara lain, defiÂsit neraca perdagangan, defisit neÂraca pembiayaan, serta defisit neÂraca transaksi berjalan,†beber Marwan.
Karena itu, dia menyebut proÂgram utama SuÂdirman adalah meÂngurangi dampak negatif subÂsidi BBM dengan meningÂkatkan baurÂan energi.
“Misalnya kalau saat ini energi baru terbarukan (EBT) baru 6 perÂsen, bagaimana nanti di akhir peÂmerintahan menjadi 15 persen. MiÂÂsalnya dengan menaikÂkan komÂposisi gas,†kata dia.
Konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG) sudah dicanangkan berulang-ulang, dari 2006, 2011, dan akhir tahun lalu. Namun, kaÂta Marwan, yang dibuÂtuhÂkan ke deÂpan bukan sekadar penÂcaÂnangan.
“Kita harapkan ada blue print untuk program konversi lima tahun ke depan seperti apa,†katanya
“Yang tak kalah pentingnya, ditunggu aksi Menteri ESDM yang baru menindak para mafia migas dan tambang yang selama ini meruÂgikan negara,†ujarnya.
Pengamat BUMN Said Didu berharap, masuknya Sudirman ke pos strategis ESDM bisa melaÂkukan perbaikan di sektor terÂseÂbut. Diharapkan, Sudirman bisa menjaga integritasnya dan tidak terseret permainan mafia energi.
Menurutnya, tantangan bagi Sudirman sebagai junior di sektor migas sangat besar. Apalagi, hamÂpir dari setengah Anggaran PenÂdapatan dan Belanja Negara (APBN) ada di ESDM.
“Saya yaÂkin beliau bakal diÂganggu, dari orang-orang yang selama ini meÂnikmati bisnis miÂgas, tamÂbang, dengan cara-cara yang tidak sehat,†ujarnya.
Kendati begitu, dia tidak mau merinci siapa pihak-paihak yang menikmati bisnis migas terÂsebut.
Transparan & AkuntabelMenteri ESDM baru Sudirman Said mengatakan, dirinya akan meÂngeÂlola ESDM secara transpaÂran dan akuntabel.
“Ini kunci pemÂbanguÂnan keÂmenÂterian di era moÂdern. DeÂngan menghadirkan dua hal terÂsebut kementerian akan hadir seÂcara langsung di masyarakat,†ujarnya.
Menurutnya, kepercayaan pubÂlik pada Kementerian ESDM meÂrupakan hal penting yang harus terus dibangun. “Saya meÂnyadari sepenuhnya ini bukan tuÂgas riÂngan. Kita harus bersiap mengÂhadapi kriÂsis energi,†katanya.
Selain itu, dia berharap, semua pihak dapat bekerja bersama-sama untuk menciptakan kepeÂrÂcaÂyaan publik pada Kementerian ESDM
Untuk diketahui, Sudirman sebelumnya dikenal sebagai peÂgiat anti korupsi sejak dekade 90-an. Ia mengawali langkah gerakÂan anti rasuah dengan menÂdirikan Masyarakat Transparansi IndoneÂsia (MTI). Dia juga perÂnah menÂjadi Direktur Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina. Terakhir, dia menjabat sebagai Dirut PT Pindad. ***