Presiden Joko Widodo memang tidak pernah berjanji akan memberi nama Kabinet Trisakti untuk kabinet yang dipimpinnya bersama Jusuf Kalla.
Namun, karena sejak masa kampanye pria dari Solo ini kerap mengutip ajaran Trisakti yang disampaikan Bung Karno, banyak yang menduga dan berharap Jokowi akan menggunakan nama Kabinet Trisakti untuk kabinetnya itu.
Di masa kampanye, Jokowi tidak ragu mengatakan bahwa dirinya selalu teringat pada inti ajaran Trisakti Bung Karno, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Banyak yang percaya ketika itu, ajaran Trisakti benar-benar masuk dan bersemayam di sudut paling dalam hati Jokowi.
Keraguan akan kemauan Jokowi memperjuangan prinsip-prinsip Trisakti mulai muncul ke permukaan setelah dia terlihat kelimpungan dan berkompromi dengan kelompok kepentingan lama yang sama sekali tidak menyukai ajaran Trisakti.
Sejak awal proses pembentukan kabinet, berbagai kalangan, termasuk relawan yang mendukung Jokowi sejak masa kampanye, terhenyak saat dia memberikan tempat strategis untuk Rini Soemarno di tim transisi yang mendampingin.
Disusul kabar yang mengatakan bahwa ia menghubungi Sri Mulyani Indrawati yang sedang bertugas di Bank Dunia.
Kehadiran Kuntoro Mangkusubroto yang sempat diproyeksikan duduk di kursi Menteri ESDM membuat mimpi tentang Trisakti semakin jauh.
Kuntoro pada akhirnya tidak masuk ke dalam kabinet. Begitu juga dengan Sri Mulyani.
Tetapi pilihan menggunakan nama Kabinet Kerja, bukan Kabinet Trisakti, memperkuat dugaan bahwa banyak kalangan khususnya yang berkaitan dengan bidang ekonomi di sekitar Jokowi keberatan dengan ajaran Trisakti.
Bagi mereka Trisakti hanya penting digunakan pada masa kampanye demi meraih dukungan pemilih.
Tetapi setelah berkuasa, jangan coba-coba ikuti ajaran Trisakti karena konsekuensinya bisa menutup pintu keuntungan mereka selama ini.
[dem]