Industri gula rafinasi lokal membantah menjadi penyebab banjirnya gula rafinasi di pasar tradisional yang mengakibatkan anjloknya harga gula petani.
Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Wisnu PriyatÂna meÂngatakan, tahun ini kuota raw suÂgar yang diberikan kepada AGRI hanya 2,8 juta ton. Angka ini jauh lebih kecil dibanding kuota 2013 yang mencapai 3,019 juta ton.
“Terjadi penurunan sebesar 7,25 persen,†ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Padahal, kata dia, Gabungan Pengusaha Makanan dan MinuÂman Indonesia (GAPMMI) meÂnyebut, kebutuhan bahan baku inÂdustri makanan dan minuman skaÂla besar dan menengah pada 2013 sebesar 2,7 juta ton gula raÂfinaÂsi yang setara dengan 2,9 juta ton
raw sugar. Jumlah terÂseÂbut belum termasuk pemeÂnuÂhan kebutuhan industri kecil dan inÂdustri rumah tangga.
Sementara pertumbuhan inÂdusÂtri makanan dan minuman saat ini dalam memenuhi kebuÂtuhan pasar domestik dan ekspor sebesar 5 persen atau setara deÂngan kebuÂtuhan 3,2 juta ton
raw sugar.
“Keadaan itu telah mengÂakiÂbatkan terganggunya kontrak dengan industri makanan miÂnuman dan pembatalan pasoÂkan bahan baku dari
supplier interÂnasional. Bahkan sebagian besar pabrik gula rafinasi berÂhenti produksi,†jelas Wisnu.
Terkait anjloknya harga gula, menurut dia, saat ini pabrik gula di Jawa sedang memasuki masa akÂhir musim giling 2014. KegiaÂtan peleÂlangan gula yang dilakÂsaÂnakan peÂtani telah berlangsung sejak Juni 2014 dan sekarang berÂada dalam masa puncak produksi.
Pemerintah, kata Wisnu, telah menetapkan Harga Patokan Petani (HPP) sebesar Rp 8.500 per kiloÂgram (kg) atau naik dari harga seÂbelumnya Rp 8.250 per kg dengÂan tujuan melinÂdungi petani. Tapi sejak awal lelang gula, terlihat harÂga ‘si maÂnis’ hanya pada level HPP atau di bawah harga perkiraan. Saat ini harganya Rp 8.100 per kg.
Menurut dia, kejadian itu diseÂbabkan stok gula tahun lalu yang masih tersedia dan dijual dengan harga murah karena kondisinya yang basah. Selain itu, komitmen pemberian dana talangan kepada petani tidak dilakukan semua stakeholder, kecuali AGRI.
Wisnu mengklaim, pihaknya sudah memberikan dana talangan sejak 2008. Tahun ini asosiasi juga ditugaskan pemerintah unÂtuk memberikan dana talangan kaÂÂrena harga gula masih rendah. ÂSampai saat ini pihaknya telah memberikan dana talangan sebaÂnyak kurang lebih 200.000 ton senilai Rp 1,7 triliun dan baru terÂsalurkan 50.000 ton. Alhasil, total stok gula tani milik AGRI yang belum tersalurkan 150.000 ton.
Sebelumnya, pemerintah meÂnegaskan seÂdang melakukan penghitungan kebutuhan gula untuk industri daÂlam negeri. Langkah ini untuk menekan remÂbesan gula rafinasi ke pasar traÂdisional karena keÂlebihan paÂsokan.
Dirjen Industri Agro KemenÂteÂrian Peridustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, suÂdah lima tahun kebutuhan unÂtuk industri tidak di-updaÂte. Karena itu, pihaknya sedang melaÂkukan pengÂhitungan kebuhan gula unÂtuk inÂdustri. ***