Berita

ilustrasi

Bisnis

Regulasi Sektor Perunggasan Nasional Dianggap Liberal

Pemerintah Ogah Stop Impor GPS
JUMAT, 24 OKTOBER 2014 | 09:06 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Rencana pengendalian impor grand parent stock (GPS) atau bibit ayam indukan dinilai bakal membuat bingung pemerintah. Apalagi sistem perunggasan nasional sudah mengacu kepada liberalisme.

Hal itu tertuang pada Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Ke­seha­tan Hewan, yang merupakan re­visi dari UU Nomor 6 Tahun 1967. Dengan adanya aturan itu, pemerintah sulit me­ngendalikan maupun mem­batasi impor GPS yang saat ini diang­gap berle­bihan.

“Sulit mengatur impor GPS ke dalam negeri karena regulasinya sudah liberal. Dengan bebas, apa­pun yang berhubungan de­ngan sektor perunggasan bisa ma­suk tanpa tekanan,” kata Ketua Per­himpunan Peternak Unggas In­donesia (PPUI) Ashwin Pulu­ng­an di Jakarta, kemarin.


Menurutnya, produksi GPS su­dah dirancang khusus di luar ne­geri untuk masuk ke negara yang potensi pasarnya besar se­perti In­donesia. Hal itu dinilai sudah men­jadi rencana ekonomi liberal. Salah satunya penguasaan in­dustri perunggasan nasional.

Meski demikian, kata Ashwin, pemerintah lebih baik member­lakukan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk impor GPS terma­suk bahan baku pakan dan pakan jadi. Hal ini dapat dijalankan de­ngan mengetahui secara trans­paran mengenai harga pokok GPS sehingga PPN tidak mem­beratkan konsumen.

“Selama ini para perusahaan besar penanam modal asing me­ngatakan jika PPN diber­lakukan akan memberatkan konsumen. Padahal harga pokok mereka direkayasa mahal,” ungkapnya.

Direktur Pembibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemen­terian Pertanian (Kementan) Abu Bakar mengatakan, trend bisnis perunggasan diperkirakan sema­kin membesar. Oleh karena itu, pihaknya tidak akan menghen­tikan impor GPS yang bisa me­matikan usaha petani lokal.

“Jika impor GPS dihentikan, maka yang akan masuk daging ayamnya. Ini jadi bumerang buat kita juga kalau negara impor me­ngirim paha ayam ke Indonesia, se­hingga usaha para peternak unggas bisa gulung tikar karena hasil ternaknya tak laku,” katanya. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya