Berita

ilustrasi, Impor Non Migas

Bisnis

Perlu Strategi Simultan Untuk Kurangi Impor Non Migas

SELASA, 21 OKTOBER 2014 | 09:24 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kebutuhan bahan baku dan penolong bagi industri pengo­lahan non migas sulit dipenuhi dari dalam negeri. Hambatan uta­ma terkait perpajakan, keter­sediaan infrastruktur dan pe­nguasaan teknologi. ,

Kepala Badan Pengkajian Ke­bijakan, Iklim dan Mutu In­dustri (BPKIMI) Kementerian Per­in­dustrian (Kemenperin) Arryan­to Sa­gala mengatakan, secara umum ada tiga hal yang meng­gan­jal perkembangan industri pen­dukung di dalam negeri.

“Industri pendukung harus dikembangkan mulai dari per­pajakan, infrastruktur dan ba­gai­mana memancing alih tek­no­logi,” kata dia.


Misalnya soal pajak, kata Arr­yan­to,  di mana industri gal­a­ngan kapal meminta pengha­pu­san pajak pertambahan nilai (PPN) dan bea masuk impor kom­ponen kapal 15 persen. Ka­lau perlu perpajakan ini dihapus sampai ke industri komponen tier pertama.

Kemenperin mencatat, terdapat 86 barang yang impornya perlu dipantau lantaran memiliki ke­cen­derungan pertumbuhan vo­lu­me di atas 30 persen dengan nilai le­bih dari 10 juta dolar AS.

Sementara produsen furnitur mebel dan kerajinan menyatakan 12 persen kebutuhan barang penunjang masih impor. Seperti cat untuk finishing, bahan kulit per­mukaan sofa, engsel dan kom­ponen lain. Pasalnya harga kom­po­nen impor lebih murah dari­pada produk lokal.

Berbeda dengan galangan ka­pal dan furnitur, industri oto­motif dan elektronik bisa mem­peroleh suplai komponen dari da­lam negeri. Tapi komponen utama pro­duk bersangkutan tetap di­kuasai produsen.

Dirjen Industri Unggulan Ber­basis Teknologi Tinggi  Ke­men­perin Budi Darmadi menya­takan, saat ini bahan baku yang baru bisa dipenuhi dari dalam negeri adalah bahan baku plastik untuk produk elektronik. Tapi kom­po­nen utama serupa chip­set tetap di­suplai dari produsen.

Sementara untuk kendaraan bermotor pada umumnya mesin te­tap dibeli dari luar negeri.

“Sebetulnya juga ada peru­bahan pola produksi industri se­jalan dengan perdagangan be­­bas, tak semua bisa dipro­duk­si da­lam negeri. Ada sistem sa­ling pa­s­ok antar negara,” ka­ta Budi. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya