Berita

Hukum

Anas Ogah Bersekutu dengan Nazar Buka-bukaan Soal Ibas

SELASA, 14 OKTOBER 2014 | 22:30 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Lagi-lagi, mantan Ketum Demokrat Anas Urbaningrum kena fitnah Nazaruddin. Anas menegaskan pernyataan Nazar yang seolah-olah mengesankan bahwa dirinya akan ikut membuka keterlibatan Ibas dalam sejumlah kasus yang ditudukan hanyalah klaim sepihak dari Nazar, mantan Bendum Demokrat.

"Jika Nazaruddin menyampaikan informasi tentang Ibas ke KPK, itu urusan dia sendiri. Pernyataan Nazar bahwa saya juga akan ikut membuka cerita tentang Ibas, adalah klaim sepihak. Saya tidak pernah berkomunikasi dengan dia, termasuk yang terkait dengan Ibas," kata Anas.  

Pernyataan Anas tersebut termuat dalam surat yang ditulis Anas berjudul "Bukan Perkakas Rekayasa Hukum". Surat disalin dari tulisan Anas yang dititipkan ke penasihat hukum kemarin siang. Surat kemudian dipancarluaskan di dunia maya, suratdarianas.com.


Anas menegaskan jika ada informasi tentang Ibas yang terkait dengan kasus yang didakwakan kepada dirinya, maka hal itu datang dari para saksi. Bukan hanya seorang saksi, melainkan beberapa saksi. Selain itu, informasi tentang Ibas juga ada di dalam catatan keuangan Permai Group yang merupakan perusahaan milik Nazar.

Anas mengakui dirinya pernah meminta penyidik KPK untuk memeriksa Ibas. Anas beralasan keterangan Ibas tentang segala seluk-beluk kongres Partai Demokrat tahun 2010 di Bandung sangat dibutuhkan karena posisinya sebagai ketua steering committee kongres.

"Adalah janggal memeriksa kongres Demokrat tanpa keterangan ketua panitia pengarahnya. Tetapi sudahlah. Di negeri ini siapa saja bisa diperiksa oleh KPK, kecuali Presiden dan anaknya. Setidaknya pandangan ini masih valid sampai sekarang," kata Anas.

Anas mengaku tidak terpikir akan bekerjasama dengan Nazar untuk "mencari kebenaran" apakah Ibas terlibat atau tidak. Anas mengatakan dirinya tidak bisa bekerja sama dengan Nazar yang merupakan orang fasik-pendusta dan berposisi sebagai perkakas rekayasa hukum.

"Prinsip kerja sama "mencari kebenaran" hanya relevan dengan orang yang benar, beritikad baik, dan bisa dipercaya. Tidak mudah menemukan dasar untuk bekerja sama “mencari kebenaran” dengan orang fasik-pendusta dan berposisi sebagai perkakas rekayasa hukum," kata Anas.

"Saya tidak memelihara benci dan tidak memendam dendam, tetapi saya sulit punya alasan bekerja sama dengan orang fasik-pendusta," sambung Anas.[dem]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya