Pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla diminta menunda kenaikÂan harga BBM subsidi Rp 3.000 per November. Pasalnya, kondisi perÂekonomian sedang tidak staÂbil dengan rupiah lagi anjlok.
Anggota Dewan Energi NaÂsional (DEN) Tumiran meminta agar kenaikan diundur dan tidak dilakukan awal pemerintah.
"Jangan dinaikkan dululah, ekonomi masyarakat belum staÂbil karena rupiah anjlok," kataÂnya di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, Jokowi masih biÂsa menggunakan cara lain untuk mengurangi subsidi BBM tanpa menaikan harganya. Salah satuÂnya dengan tata kelola distriÂbuÂsi lebih baik yang transparan dan mempercepat konversi BBM ke gas.
Untuk diketahui, sebelumnya tim transisi pemerintahan JokoÂwi-JK memastikan bakal meÂnaikkan harga BBM bersubsidi pada November sebesar Rp 3.000 per liter.
Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Husna ZaÂhir mengatakan, bagi konsuÂmen kenaikan harga BBM subsidi tidak masalah selama ada keÂpastian jaminan stok BBM seÂtelah dinaikkan.
"Yang paling penting itu adalah barangnya ada. Kalau harga diÂnaikkan kemudian stokÂnya masih susah juga sama saja, jadi kepasÂtian stok ini yang paÂling penting," harapnya.
Husna mencontohkan, saat ini nelayan di beberapa wilayah keÂsulitan mendapatkan solar. PadaÂhal, harga BBM subsidi hingga kini belum naik. Kendati begitu, dia mengakui, kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter akan memÂberikan dampak ke masyarakat, meski sifatnya sementara.
Menurutnya, yang harus diÂwaspadai adalah kenaikan beÂberapa harga pangan dan angkutÂan umum. Dua hal itu yang menÂjadi dampak permanen setiap kali ada kenaikan harga BBM.
Pengamat Ekonomi dari UniÂversitas Indonesia Lana SoelistiaÂningsih mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi tidak menjaÂmin adanya pengurangan konÂsumsi BBM maupun peralihan dari kendaraan pribadi ke transÂporÂtasi publik.
KeÂnaikan harga, kata dia, haÂnya akan mengerek inflasi lebih tinggi, tapi tidak menurunkan konÂÂsumsi BBM. "Inflasi pasti naik, tapi konsumsi BBM nggak bisa turun begitu saja. Tetap akan melewati patokan volume BBM subsidi 46 juta kiloliter," katanya.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015, pemerintah dan DPR memÂproyeksikan kuota BBM subsidi sebanyak 46 juta Kl.
Jika harga BBM subsidi naik sebesar Rp 3.000 per liter di awal November 2014, tambah Lana, beÂlum tentu masyarakat begitu saja mengurangi konsumsi BBM. "Orang tetap akan mengonsumsi BBM subsidi meskipun harganya naik karena itu lebih baik ketimÂbang naik angkutan umum tapi dia nggak merasa nyaman," katanya.
Karena itu, dia mengatakan, penghematan dari kenaikan harga BBM subsidi dialihkan untuk memperbaiki kualitas dan layaÂnan transportasi massal. ***