Pemerintah Diminta Awasi Penjualan Gas Tidak Berstandar
PT Pertamina (Persero) kembali berencana menaikkan harga elpiji 12 kilogram (kg) tahun depan. Padahal bulan September, harga elpiji non subsidi ini sudah naik. Wacana kenaikan ini sangat menyesakkan konsumen.
Vice President Corporate CoÂmuÂnication Pertamina Ali MunÂdakir mengatakan, kenaikan terÂsebut dilakukan karena harga elpiji 12 kg masih di bawah harga keÂekonoÂmian. Akibatnya, peruÂsahaan harus menanggung rugi setiap tahun.
“Kita merencanakan di awal 2015 akan kita naikkan sesuai deÂngan hasil konsultasi dengan pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),†cetus Ali.
“Kita merencanakan di awal 2015 akan kita naikkan sesuai deÂngan hasil konsultasi dengan pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),†cetus Ali.
Rencana kenaikan tersebut akan tertuang dalam roadmap keÂnaikan harga elpiji 12 kg yang teÂngah dibahas. Kenaikan tersebut akan dilakukan secara bertahap hingÂga harga keekonomian. DiÂperÂkirakan, kenaikan tersebut akan berakhir di 2016. Dengan harga yang telah keekonomian, Pertamina yakin tidak akan mengalami kerugian lagi menjual elpiji 12 kg.
Isi roadmap tersebut di antaÂranya menaikkan harga elpiji 12 kg awal 2015 dan pertengahan 2015, kemudian awal 2016 dan perÂtengahan 2016.
Sebelumnya, Pertamina pada September lalu sudah menaikkan harga elpiji 12 kg sebesar Rp 1.500 per kg.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya meÂngatakan, meski haganya sudah naik, Pertamina masih terus rugi.
“Jual elpiji 12 kg kami rugi Rp 5,7 triliun. Kalau dibelikan seÂpeda, penuh tuh Bandung dengan sepeda gratis,†timpalnya.
Wakil Menteri Energi dan SumÂber Daya Mineral Susilo SisÂwoutomo mengatakan, harga elpiji 12 kg akan naik secara berÂtahap hingga mencapai harga keekonomian. “Elpiji 12 kg ini buÂkan barang subsidi, jadi secara perlahan akan diÂnaikkan sesuai daya beli maÂsyarakat menuju harga keÂekoÂnomiannya,†imbuh dia.
Susilo mengatakan, pemakai elÂpiji tabung 12 kg merupakan maÂsyarakat dan usaha golongan menengah ke atas, sementara rakÂyat dan usaha kecil menggunakan gas kemasan 3 kg.
Ia juga mengatakan, kapasitas produksi elpiji dalam negeri sulit bertambah karena memang caÂdangannya tidak banyak. “Kita punya banyak gas, tapi gas alam bukan elpiji. Dengan deÂmikian, kita mesti impor elpiji,†ujarnya.
Ke depan, lanjut Susilo, pemeÂrintah bertekad mengurangi peÂmakaian elpiji dengan mengemÂbangkan jaringan gas kota yang memakai gas alam.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, kenaikan harga elpiji dan listrik menjadi salah satu penyumbang laju inflasi nasional pada SeptemÂber 2014 sebesar 0,27 persen.
Direktur Ekskutif Energy Watch Mamit Setiawan memÂpreÂdiksi akan banyak masyarakat berÂalih ke gas elpiji 3 kg jika peÂmerintah kembali menaikkan harga elpiji 12 kg. Selain itu, keÂnaikan juga akan menimbulkan praktik pengoplosan gas yang semakin besar.
“Kenaikan ini harus dibarengi dengan pengawasan peredaran tabung gas,†timpalnya. Beberapa kalangan menilai, langkah Pertamina ini seakan tega menggenjet konÂsumen elpiji. Karena ini wacana ini dilakukan di tengah rencana keÂnaikan harga BBM.
Dia bilang, dengan adanya keÂnaikan itu permintaan elpiji 3 kg akan tinggi. Sementara jumlah yang kuota yang ditetapkan peÂmerintah tetap sama. DikhaÂwatirkan, ini akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin cari keuntungan dengan menjual elpiji tidak berstandar. ***