Hari ini, sebanyak 560 anggota baru Dewan Perwakilam Rakyat (DPR) dilantik. Mereka mewarisi sejumlah pekerjaan rumah (PR) periode sebelumnya. Diantaranya ketidakpercayaan rakyat terhadap kelembagaan DPR, penyelesaian Rancangan Undang-Undang (RUU), dan perbaikan kinerja wakil rakyat. Bagaimana anggota DPR terpilih menyikapi persoalan ini?
Anggota Fraksi Partai Golkar, Mukhamad Misbakhun meÂnyaÂtakan, dirinya tak menutup mata terhadap sejumlah persoalan yang disisakan oleh periode seÂbeÂlumnya. Menurutnya, berbagai keÂlemahan dan ketidakpercayaan publik terhadap kelembagaan DPR justru memicu para wakil rakyat untuk bekerja lebih baik.
“Kita akui ada kekurangan peÂriode sebelumnya. Tapi, kita juga perlu mengapresiasi apa yang suÂdah mereka kerjakan. Ini bagian dari proses pendewasaan politik dan berdemokrasi yang harus kita baÂngun bersama. Berbagai perÂsoalan yang ada, justru memicu kami untuk bekerja lebih baik,†ujar Misbakhun kepada Rakyat Merdeka di Gedung DPR, JaÂkarta, kemarin.
Dijelaskannya, proses deÂmokÂratisasi menjadikan kelembagaan DPR sebagai entitas perÂbinÂcangÂan publik. Di balik sinisme (pubÂlik) yang tidak kunjung usai, samÂbung dia, ada harapan besar juga diÂalamatkan rakyat kepada AngÂgota DPR Periode 2014-2019.
Berikut kutipan selengkapnya:Apa evaluasi Anda soal kiÂnerja DPR Periode 2009-2014?Berakhirnya masa tugas AngÂgota DPR periode 2009-2014 tak hanya mencatatkan berbagai hasil kerja. Proses demokratisasi meÂnempatkan kinerja wakil rakyat dalam sebuah aquarium besar, seÂhingga praktik politik bisa disakÂsikan dengan kasat mata.
Tidak ada lagi celah yang bisa diÂguÂnakan untuk meÂnyemÂbuÂnyikan makÂsud politik. Alhasil, berbagai perÂsoalan kebangsaan dan keÂneÂgaraan yang bisa diseÂleÂsaikan deÂngan baik terhambat konÂflik politik.
Kondisi ini, bahkan turut meÂnyandra pemerintahan SBY-Boediono. Mega skandal Bank Century membuat eksekutif terÂsanÂdra pasung legislatif. Ke deÂpan, kebuntuan-kebuntuan ini harus bisa dikomunikasikan seÂsuai tuntunan konstitusi.
Lalu, upaya apa yang harus diÂlakukan DPR baru?Masa depan DPR, tidak bisa dipisahkan dari rangkaian cerita masa sebelumnya. Menurut saya, poÂlemik politik yang meÂemÂpatÂkan kelembagaan eksekutif dan legislatif secara berhadap-haÂdapÂan harus segera diakhiri, tidak perÂlu diwariskan. Ke depan, meÂkanisme check and balances haÂrus dimaknai seÂbagai usaha berÂÂsama untuk meÂngÂakselerasi keÂpenÂtingan dan keÂhendak rakÂyat.
Apakah kepercayaan publik bisa dikembalikan?Kepercayaan rakyat akan lahir saat anggota dewan bekerja seÂcaÂrÂa maksimal, sesuai ketenÂtuan perÂaturan dan perundang-unÂdangÂan. Untuk itu, DPR menÂdaÂtang harus mampu merespons berÂbagai permasalahan keÂbangÂsaan dan kenegaraan dengan peÂnguatan perundang-undangan. Upaya melahirkan undang-unÂdang baru, maupun merevisi unÂdang-undang yang lama yang tak lagi memenuhi aspirasi maÂsyaÂraÂkat mutlak dilakukan.
Menurut Anda, undang-unÂdang apa saja yang perlu diperÂbaiki?Secara pribadi, saya melihat ada beberapa undang-undang yang masih menyisakan persoalÂan dan potensi kerentanan di maÂsa mendatag. Diantaranya, UnÂdang-undang Bank Indonesia, UnÂdang-undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Undang-undang Perbankan yang terkesan liberal dan tidak memberikan pembatasan bagi pihak asing daÂlam perbankan nasional.
Selain itu, diperlukan revisi terhadap UnÂdang-undang PerÂpaÂjakan. UnÂdang-undang itu perlu direvisi untuk memisahkan DiÂrekÂtorat JenÂderal Pajak dengan KeÂmenÂterian Keuangan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengÂgenÂjot pajak sebagai sumber penÂdanÂaan APBN.
Di luar sektor keuangan dan perÂbankan, undang-undang apa yang perlu mendapat perÂhaÂtian? Undang-undang Minyak Bumi dan Gas, serta Pertambangan MiÂneral dan Batubara juga meÂmerÂlukan revisi signifikan. Upaya perÂbaikan ini perlu segera dilaÂkuÂkan, karena negara harus diÂpoÂsisikan sebagai pihak yang meÂnguasai sumber Migas dan MiÂnerba untuk kemakmuran rakyat.
Terkait fungsi pengawasan, apa yang harus dilakukan?Seperti yang saya sampaikan tadi, eksekutif dan DPR harus memÂÂbangun komunikasi dengan arif. Kita harus mencairkan keÂbuntuan-kebuntuan atau konÂflik yang terjadi selama ini deÂngan niat baik.
Sebelumnya, anda dikenal kriÂtis di DPR, apa Anda akan teÂtap seperti itu?Ya, saya pastikan saya akan tetap kritis atas semua kebijakan yang menghianatai rakyat. ***