Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz mengaku terus berupaya menggenjot pemÂbangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Hal itu dilakÂukan guna mengurangi backlog perumahan di Indonesia.
Sayangnya, kata Djan, anggaÂran yang digelontorkan untuk pembangunan rusunawa masih miÂnim. Tahun depan, KeÂmenÂterian Perumahan Rakyat (KeÂmenÂpera) akan mendapatkan aloÂkasi dana APBN Rp 4,621 triliun untuk program perumahan dan kawasan permukiman.
“Kami sebenarnya berharap anggaran ke depan bisa lebih diÂtingÂkatkan lagi karena kebuÂtuhan rumah untuk masyarakat di InÂdonesia semakin meningkat seÂtiap tahunnya,†ujar dia.
Ia mengklaim, pihaknya telah menyelesaikan pembangunan ruÂsunawa dan melampaui target RenÂcana Pembangunan Jangka MeÂnengah Nasional (RPJMN). “DaÂlam pelaksanannya kami telah memÂbangun 800 tower rusun,†ujarnya.
JakPro Bangun 200 Tower RusunawaDirektur Utama PT Jakarta Propertindo (JakPro) Budi Karya Sumadi mengakui, masalah perumahan umum/rakyat di InÂdonesia masih jauh tertinggal diÂbanding negara tetangga. PaÂsalnya, upaya yang dilakukan pemerintah selama ini dinilainya belum komprehensif atau masih sendiri-sendiri.
“Apa yang dipikirkan hanya untuk pemukiman menengah dan menengah atas. Padahal rakyat ini semua butuh rumah,†ujarnya kepada
Rakyat Merdeka.Kalaupun ada, lanjut dia, huÂnian
landed house sudah sangat suÂlit terjangkau karena harganya cuÂkup mahal. Karena sulit menÂdapatkan rumah, banyak warga menengah bawah menempati laÂhan-lahan secara ilegal. Karena itu, pemerintah harus hadir meÂnyediakan hunian layak bagi rakÂyat kurang mampu. Salah satunya dengan membentuk bank tanah milik pemerintah, yang hingga kini belum terealisasi sebaÂgaiÂmana diamanatkan UU Nomor 1 Perumahan dan KawaÂsan PermuÂkiman (PKP) Tahun 2011.
Menurut Budi, rencana JakPro membangun 200 tower rusunawa di atas lahan seluas 100 hektar di wilayah Jakarta Timur bisa diÂjadikan contoh bank tanah. ReaÂlisasi proyek ini sudah pada tahap pembebasan lahan dan ditarÂgetkan pertengahan Oktober ini sudah dimulai pengerjaannya. Dengan jumlah tower yang ada diharapkan bisa menampung sedikitnya 20 ribu jiwa.
“Bagian yang sudah kita lakuÂkan di Jakarta Timur itu satu upaÂya mendapatkan lahan di kota dan dijangkau masyarakat. Kalau kita bisa membuat itu sebagai contoh, maka developer akan menjadikannya sebagai modal bagaimana mengadakan tanah di tengah kota,†jelas dia.
Budi menambahkan, pada daÂsarnya lokasi hunian itu harus seÂdekat mungkin dengan tempat kerja sehingga tidak kehilangan waktu dan ongkos. Konsep
work and place yang tengah dikemÂbangÂÂkan Jakpro ini agar orang bisa bekerja dekat tempat tinggalnya.
Tak dipungkiriÂ, kata Budi, keÂbanyakan orang masih keberatan tingÂgal di hunian berÂgedung. KhuÂsuÂsnya pekerja kanÂtoran, lebih meÂmilih rumah meski berjarak temÂpuh jauh dari tempat kerja.
Budi Karya Sumadi baru sekiÂtar 1,2 tahun meÂmimpin JakPro terhitung sejak Mei 2013. Di baÂwah kendalinya, Jakpro sebagai
holding company dari BUMD DKI kini fokus pada tiga bidang yakni properti, infrastruktur dan utilitas. ***