HARI itu semua terpana ada upacara sujud syukur
Saat remaja mati terbunuh di tangan orang tua
haknya diikat; kepalanya dibenamkan
Ya... Reformasi yang aku, kau kita perjuangankan
Naikkan derajat kalian jadi pembesar
Yang dia lahir kau pun ragu rayakan di lapangan Ikada (untung kau pengecut)
Karena takut terbunuh pula
Di tengah malam itu malaikat-malaikat turun
Tak terpikir mampir kamarmu untuk mengetuk
Bukan sujud syukur itu yang mereka inginkan
Jika benar ada upacara di kamar itu, tak terbayang wajahnya :
Ketika hidung dan dahinya menyentuh tanah :
Ada bau anyir darah Elang, Hafidhin, Hendriawan, Herry dan semua yang dulu dia kuburkan
Ada tulang reformasi yang baru dikuburkannya
Atau bau itu tak tercium laksana dongeng kancil yang pilek
Saat ini mereka yang di alam sana;
Jutaan rakyat yang dirampas haknya menanti sabar upacara besar :
Sujud syukur di atas kuburan
[***]Ciganjur, Warung Silah 28 September 2014
(tempat Deklarasi Ciganjur)
Fahmi Habsyi, Aktivis 98 sekaligus Direktur Eksekutif Pusaka Trisakti.
* Sajak merupakan hasil perenungan Fahmi Habsyi usai partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih memenangkan voting RUU Pilkada di Rapat Paripurna DPR RI.
Secara khusus, Fahmi mengaku sajak dia persembahkan untuk Ketua MPP PAN, Amien Rais, yang dikenal sebagai tokoh reformasi 98, yang bersujud syukur atas walk out-nya Fraksi Partai Demokrat dalam rapat paripurna DPR. Sebab dengan walk out itu, para pengusung pilkada melalui DPRD mengalahkan pendukung pilkada langsung oleh rakyat.