Kebijakan impor pangan harus berbasis petani dan nelayan gurem dengan produksi seperti beras, gula, jagung, garam, kedelai, ikan, daging dan holtkultura.
"Semua itu harus dipimpin dan ditentukan oleh Kementerian yang mengurusi produksi dalam negeri. Begitupun dengan izin impor, hanya diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang menyerap produksi dalam negeri,†jelas Direktur Utama PT Gendhis Multi Manis Kamajaya (Rabu, 24/9).
Sejalan dengan Nawacita Jokowi, Kamajaya merekomendasikan penghapusan Bansos. “Lebih baik dialihkan alokasinya untuk perbaikan infrastruktur seperti saluran irigasi, jalan, waduk, pelabuhan, pelelangan ikan,
cold storage dan lain-lain," tandas pengusaha yang selama ini dikenal dekat dengan petani terbukti
dengan pabrik gulanya 100 persen berasal dari kebun plasma
petani.
Kamajaya sendiri berterimakasih dan cukup terkejut atas rekomendasi Institute for Transformation Studies (Intrans) yang menempatkannya sebagai kandidat terkuat Menteri Agraria.
Selain Kamajaya, Intrans juga menilai Bambang Setiaji yang merupakan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta tepat menjadi Menteri Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi. Dirinya siap kalau dipercaya Jokowi kelak.
Menurutnya, perguruan tinggi diharapkan semakin nyata sumbangannya untuk meningkatkan inovasi teknologi di ribuan UKM dengan memasukkan tugas dosen dalam riset yang selama ini administratif untuk naik pangkat menjadi lebih riil dalam memajukan UKM sesuai dengan kapasitas berbagai Perguruan tinggi yang ada.
"Selain itu untuk mengurangu korupsi, cash manajemen di berbagai departemen departemen diarapkan menurun dengan jalan semua pengeluaran dicatat di IT bank,†jelasnya terkait berbagai persoalan di bidang perguruan tinggi dan riset.
[zul]