Para petani di Indonesia masih harus mengelus dada meski di saat mereka memetik hasil tanamannya. Pasalnya, saat masa-masa musim panen tiba, harga-harga justru anjlok. Rasa kecewa semakin bertambah karena pemerintah cenderung membiarkan.
"Pas panen melon (harganya) jatuh, panen lombok jatuh, panen tebu jatuh," ujar Ketua Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia (APTRI) Blora, Jawa Tengah, Anton Sudibyo saat dihubungi (Senin, 15/9).
Harga tebu misalnya. Diberitakan banyak media, petani tebu di Jombang, Tulungangung dan di sejumlah daerah lainnya kecewa. Karena harga tebu anjlok sangat drastis, yaitu hanya di kisaran Rp31 ribu per kwintal.
Beruntung, petani tebu di Blora, yang menjual hasil kebunnya tersebut ke pabrik gula milik PT Gendhis Multi Manis bisa bernafas lega. Karena, jelas Anton, perusahaan milik pengusaha Kamajaya itu mau membeli hasil tanaman mereka Rp 50 ribu per kwintal.
Apalagi, selain membeli tebu dengan harga tinggi, Kamajaya memberikan perhatian penuh kepada para petani agar hasil tanaman mereka meningkat. "Dia sering menyapa petani di tengah alas (hutan). Gubernur (juga pernah) diajak. Komunikasi terbangun. Petani diberi dorongan untuk memperluas hasil tanamannya," imbuh Anton.
Bahkan, sambung Anton, Kamajaya juga memberikan bantuan modal serta mengikutsertakan petani dalam berbagai pelatihan cocok tanam ke Temanggung, Pasuruan, Madiun sampai ke Thailand dan Kamboja secara gratis. Mereka tak hanya belajar menanam tebu tapi juga jenis tanaman lainnya. "Kami sekarang bisa nanam melon, buncis, lombok, selain tebu," tandasnya.
Namun, Anton sendiri belum mendengar nama Kamajaya dipavoritkan menjadi Menteri Pertanian mendatang versi Kabinet Indonesia Hebat. Tapi dia mendukung Kamajaya masuk dalam kabinet Pemerintahan Jokowi-JK mendatang.
"Kami berdoa supaya Indonesia dipimpin orang-orang baik seperti Pak Jokowi dan juga Pak Kamajaya. Supaya petani tak jadi objek lagi," tandasnya.
[zul]