Berita

Politik

Pilkada Langsung dan Logika Korban Jiwa Akibat Mudik Lebaran

SABTU, 13 SEPTEMBER 2014 | 15:49 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

ADA yang menganggap Pilkada langsung seperti mudik Lebaran. Katanya dengan ada 600 orang meninggal karena mudik Lebaran, jadi apakah kita harus menghapus mudik lebaran? Logika menghapus Pilkada langsung disamakan dengan menghapus mudik Lebaran. "ITU LOGIKA YANG SESAT" katanya.

Contoh yang diberikan ini sungguh sangat relevan. Contoh mudik lebaran ini membantu saya untuk menjelaskan filosofi daripada Pilkada langsung yang memang sama persis dengan keadaan mudik lebaran.

Seharusnya disadari bahwa kematian dalam mudik lebaran dikarenakan transportasi yang sistemnya awut awutan, jalanan menuju tujuan mudik yang rusak, sistem transportasi yang salah, alat-alatnya yang tidak mau dibenahi.


Transportasi dan kemacetan di jalanan, kecelakaan adalah gambaran yang pas dari sistem demokrasi kita yang awut awutan. Salah satu sistem negara yang awut-awutan tersebut adalah Pilkada langsung yang menyimpang dari filosofi sila ke-4 Pancasila.

Ingat kita tidak hendak menghapus Pilkadanya, kita ingin sistem Pilkadanya yang disesuaikan dengan kultur masyarakat, filosofi, strategi dan situasi negara kita yang industrinya sedang mati, karena sibuk ber-Pilkada langsung hingga lupa tujuan berdemokrasi.

Kesemrawutan di jalanan tidak hanya berdampak pada kecelakaan, namun ia telah berdampak kepada terhambatnya perjalanan itu sendiri. Seharusnya kita dapat mencapai tujuan dengan mudah, lancar dan aman, malah yang terjadi adalah kemacetan, kecelakaan dan bahkan kematian.

Oleh karenanya untuk membangun sistem demokrasi yang benar itu, belajarlah dari filosofi dan sistem transportasi di Indonesia yang kacau. Kalau kita membenahi sistemnya, maka pemerintah tidak perlu mencabut subsidi energi. Karena sistem akan membuat kita efektif dan efisien. Sistem yang tepat akan memudahkan kita mencapai tujuan bernegara.

Salam hormat untuk Pak Jumhur Hidayat, selamat berakhir pekan untuk kita semua...[***]

Penulis adalah pengamat ekonomi politik dari Institute Global Justice (IGJ) dan Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya