Jaksa KPK nampaknya tak mau terlihat kalah cerdas dari Anas Urbaningrum. Jika Anas mempopulerkan sosok Sengkuni, Jaksa KPK berusaha mempopulerkan sosok Wisanggeni.
Jaksa KPK mengidentikan Anas sebagai sosok Wisanggeni. Sosok Wisanggeni ditulis Jaksa dalam tuntutan yang mereka susun untuk Anas, dan dibacakan dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta kemarin.
"Dalam kesempatan yang terhomat ini, perkenankanlah kami selaku JPU yang diberikan kehormatan untuk menuntut seorang politikus, muda, cerdas di pengadilan," ucap Ketua Tim Jaksa KPK, Yudi Kristiana, membacakan bagian penutup tuntutan untuk Anas.
"Kami berharap semoga terdakwa Anas Urbaningrum yang mengidentikkan diri sebagai sosok Wisanggeni, bukan semata-mata memperlihatkan kesaktiannya yang tak tertandingi untuk membuat kayangan bubar. Tetapi benar-benar bertindak dengan hati yang dipenuhi keluhuran budi, untuk rela berkorban demi keutuhan negeri," sambung dia.
Siapa sebenarnya Wisanggeni yang dimaksud Jaksa? Wisanggeni dikenal sebagai putra Arjuna yang lahir dari seorang bidadari bernama Batari Dresanala, putri Batara Brama. Di masa dewasanya, ia dikenal pemberani, tegas dalam bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa. Namun, Wisanggeni adalah nama seorang tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam wiracarita Mahabharata, karena merupakan tokoh asli ciptaan pujangga Jawa.
Lalu, siapa sosok Sangkuni yang menurut banyak orang digunakan Anas untuk menyebut SBY. Beda dengan sosok Wisanggeni, Sengkuni tertulis dalam wiracarita Mahabharata. Ia digambarkan sebagai seorang tokoh antagonis, yang merupakan paman para Korawa dari pihak ibu.
Sangkuni terkenal sebagai tokoh licik yang selalu menghasut para Korawa agar memusuhi Pandawa. Ia berhasil merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan para Pandawa melalui sebuah permainan dadu. Menurut Mahabharata, Sangkuni merupakan personifikasi dari Dwaparayuga, yaitu masa kekacauan di muka Bumi, pendahulu zaman kegelapan atau Kaliyuga.
Yudi melanjutkan, meskipun terdakwa tidak bisa ikut dalam kontestasi Barathayuda pilpres 2014, tetapi pengorbanannya menjadikan unggulan pandawa dalam perang Barathayuda.
"Bukankah Ronggowarsito pernah berkata: Surodirojayadingrat, lebur pangastuti," ucapnya mengakhir pewayangan.
[dem]