Berita

Hikmahanto Juwana/net

Bisnis

Hikmahanto: Agenda yang Dibawa Menlu Jepang Mesti Diwaspadai

RABU, 13 AGUSTUS 2014 | 11:55 WIB | LAPORAN:

Pemerintah mendatang diminta agar tidak boleh menyerah terhadap tekanan luar negeri.

Demikian dikatakan Gurubesar Hukum Internasional Fakultas Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengomentari kunjungan Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida ke Indonesia.

"Presiden terpilih Jokowi harus hati-hati terhadap keinginan Jepang terkait pemurnian mineral," kata Hikmahanto melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (13/8).


Menurut Hikmahanto, kunjungan Fumio membawa agenda yang harus diwaspadai oleh Presiden Terpilih Jokowi.

Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan juga capres Jokowi diberitakan salah satu agenda yang dibicarakan terkait kebijakan pemurnian Mineral di Indonesia sebagai implementasi dari UU 4/2009 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba). Kebijakan pemurnian yang saat ini dijalankan oleh pemerintah berakibat larangan terhadap ekspor bahan mentah mineral (ore) ke luar negeri. Kebijakan ini telah berakibat pada kesulitan industri pemurnian di Jepang untuk mendapatkan suplai ore.

Ia tak heran jika kedatangan Fumio tersebut untuk menkan pemerintah yang akan datang agar mencabut kebijakan pemurnian. Bahkan beberapa waktu lalu pemerintah Jepang berniat akan membawa pemerintah Indonesia ke Dispute Settlement Body WTO. Bahkan, lanjut dia, saat ini kebijakan pemurnian telah dibawa oleh Newmont, perusahaan tambang Amerika Serikat, ke arbitrase internasional yaitu International Center for Settlement of Investment Dispute (ICSID).

Di Indonesia sendiri Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia membawa pasal yang mengatur kebijakan pemurnian ke Mahkamah Konstitusi. Harapannya agar pasal tersebut dibatalkan sehingga pengusaha pun leluasa untuk mengekspor bahan mentah untuk dimurnikan di luar negeri. Hikmahanto mengakui memang berat tantangan Indonesia untuk menegakkan kedaulatan di bidang sumber daya alam. Keinginan Indonesia untuk tidak sekedar

"Tekanan dari negara besar seperti Jepang dan Amerika Serikat demi kepentingan industri dalam negerinya kerap mengalahkan cita-cita mulia bangsa Indonesia," ujarnya. [wid]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya