China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), perusahaan BUMN asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) setuju menaikkan harga beli gas Tangguh di Papua Barat ke Provinsi Fujian, Tiongkok. Harganya berubah dari 3,3 dollar AS per MBT menjadi 8 dollar AS per MMBTU.
Itulah good news yang sebelumnya disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberikan pengantar pada Rapat Terbatas Kabinet bidang perekonomian, di kantor Presiden, Jakarta, Senin (30/6).
"Harga gas Tangguh naik cukup signifikan dan tidak tetap, yaitu mengikuti harga minyak dunia. Ini menjadi good news untuk pemerintah ke depan,†kata Menteri ESDM, Jero Wacik, dalam keterangannya kepada wartawan di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (30/6).
Dikutip dari
setkab.go.id, Wacik mengatakan, penjualan gas Tangguh ke RRT yang dilakukan sesuai kontrak pada era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dipatok pada sebesar 5,5 persen x Japan Crude Cocktail (JCC) atau berdasarkan harga minyak di Jepang. Saat itu, lanjutnya, harga JCC dipatok maksimum 26 dollar AS per barel.
Pemerintah pernah melakukan renegosiasi, harga JCC-nya naik menjadi 38 dollar AS per barel, dan itu menghasilkan harga gas 3,3 dolar AS per juta kubik feet. Harga inilah yang kembali di-renegosiasi oleh pemerintah, dan Presiden SBY melakukan pertemuan dengan Presiden RRT, Hu Jintao.
Menteri ESDM bersyukur karena setelah 1,5 tahun melakukan renegosiasi, pemerintah RRT bisa menerima keberatan Indonesia yang menganggap harga JCC sudah tidak cocok, mengingat harga di pasaran sudah mencapai 100 dollar AS per barel, jauh di atas harga JCC yang disepakati dalam negosiasi tahun 2006 sebesar 38 dollar AS per barrel.
Kini, menurut Menteri ESDM, pemerintah RRT sudah sepakat, kalau harga JCC-nya 100 dollar AS sebagaimana bulan lalu, maka penjualan harga gas Tangguh menjadi 8 dollar AS per juta kubik feet. Kalau harga JCC-nya nanti 110 dollar maka harganya akan menjadi $8,65 per juta kubik feet.
"Jadi ini kenaikan yang luar biasa, dan ini kesepakatannya naik terus. Jadi ini tahun 2015 naik menjadi 10,3 dollar AS per juta kubik feet, tahun 2016 menjadi 12 dollar AS per juta kubik feet, dan tahun 2017 menjadi 13,3 dollar AS per juta kubik feet," papar Jero Wacik.
Menteri ESDM menegaskan, kontrak ini akan berlaku sampai dengan tahun 2034. Ia menyebutkan, kalau harga ini bertahan sampai dengan 2034 maka harga rata-ratanya nanti jatuhnya pada angka 12,8 dollar AS per juta kubik feet. Ini adalah kenaikan empat kali lipat dibanding harga pada tahun yang lalu.
Dengan adanya harga baru ini, kata Jero Wacik, kita akan mendapatkan 20,8 miliar dollar AS sampai tahun 2034, Sementara dengan harga lama, jika renegosiasi gagal, kita hanya akan mendapatkan 5,2 miliar dollar AS sampai dengan tahun 2013.
"Maka per tahun mulai tahun ini kita akan mendapatkan Rp 12,5 triliun per tahun dari Fujian. Yang lama adalah Rp 3,1 triliun per tahun, sekarang Rp 12,5 triliun jadi tambahannya adalah Rp 9 triliun per tahun," paparnya bangga.
[ald]