Berita

megawati soekarnoputri/net

Adhie M Massardi

Sayang, Megawati Tidak Sabar Ingin Jadi Presiden

Catatan Ramadhan buat Calon Presiden
MINGGU, 29 JUNI 2014 | 09:47 WIB | OLEH: ADHIE M. MASSARDI

TIDAK sekali-kali aku mengabdi kepada Gus Dur kecuali untuk gagasan politik kebangsaan yang digagasnya. Dan tiada keraguan sedikit pun bagiku pikiran yang dikembangkan Gus Dur selain demi kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
 
Dan agar lebih memahami apa itu demokrasi, aku pun bertanya kepada Gus Dur dan mendapat penjelasan yang memuaskan.
 
Karena sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa Indonesia memilih jalan demokrasi, maka membangun supremasi sipil menjadi landasan utama agar perpolitikan nasional tidak boleh lagi memanfaatkan kekuatan militer (ABRI/TNI) untuk menjalankan dan mempertahankan kekuasaan.
 

 
Maka dibangunlah tradisi kepemimpinan TNI yang semula merupakan “hak prerogratif” TNI-AD karena jumlahnya paling besar, menjadi jabatan yang diatur secara bergilir. Sehingga perwira pilihan dari TNI-AU dan TNI-AL pun bisa menjadi Panglima TNI. Kepolisian dipisahkan dari TNI agar benar-benar menjadi polisi sipil, “bhayangkara demokrasi” dan mandiri.
 
Gus Dur memahami sejarah dan karakter militer di Indonesia berbeda dengan di negara-negara lain. Makanya supremasi sipil yang ditegakkannya bukan agar militer berada sepenuhnya di bawah subordinasi sipil. Tapi agar militer Indonesia solid sebagai kekuatan organisasi bersenjata. Tidak ada lagi kecemburuan antar-angkatan.
 
Kalau sudah menjadi organisasi yang solid, Gus Dur pernah mengutarakan impiannya tentang TNI yang digdaya dan disegani di Asia Tenggara seperti di masa Soekarno. Dengan demikian, militer kita menjadi sangat profesional sebagai penjaga kedaulatan NKRI. Sehingga kaum sipil bisa mengatur pemerintahan dengan tenang tanpa takut ada intervensi kekuatan asing.
 
Sebenarnya masih ada sejumlah langkah Gus Dur untuk penguatan fondasi kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara. Apalagi langkah-langkah yang sudah diayunkannya sebagian belum lagi memiliki pedoman pelaksanaannya.
 
Tapi sayang, Megawati yang tidak sabar ingin jadi presiden, dan para politisi sipil kita yang tidak paham geopolitik internasional, dimanfaatkan oleh kekuatan asing yang geram kepada pemerintahan Gus Dur yang membuat mereka jadi tidak bisa lagi menjarah kekayaan Nusantara seenak-udel seperti di masa lalu. Maka terjadilah penggulingan kekuasaan yang inkonstitusonal itu.
 
Dan sejarah kemudian mencatat: beberapa bulan setelah Gus Dur ditumbangkan, pemerintahan Megawati mengeluarkan UU Migas yang membuat pihak asing kembali leluasa menjarah harta kekayaan kita.
 
Masih belum puas, pihak asing mendorong pemerintahan Megawati yang memiliki kekuatan mayoritas di parlemen, untuk mengubah total karakter UUD 1945 yang semula sangat karakyatan, diamandemen secara serampangan sehingga jadi ultra-liberal seperti sekarang.
 
Itulah sebabnya krisis bangsa kita yang menurut perhitungan Gus Dur seharusnya bisa selesai pada 2004, berlanjut sampai sekarang, dan malah makin dalam karena lumbung-lumbung energi kehidupan bangsa sebagian besar sudah diserahkan kepada pihak asing.
 
Sekarang tinggal sisa-sisanya. Apakah akan dipertahankan atau malah dilepas seluruhnya bagi kemakmuran bangsa asing? Tergantung siapa presiden yang akan dipilih rakyat Indonesia pada 9 Juli 2014 nanti.[***]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya