Berita

wiranto/net

NCID: Dugaan Pembunuhan 13 Aktivis oleh Wiranto Harus Diusut

RABU, 25 JUNI 2014 | 19:03 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Sekelompok mahasiswa menyerahkan notulensi rapat terbatas yang dilakukan mantan Panglima ABRI, Wiranto, pada 17 Juli 1998, kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Senin (23/6).

Notulensi yang diserahkan Jaringan Mahasiswa Indonesia untuk Keadilan (Jamaika) itu bisa jadi titik terang tentang siapa sebenarnya dalang dari penculikan 13 aktivis yang hingga kini belum kembali.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), Jajat Nurjaman.


"Seperti diberitakan di media, bukti-bukti menunjukkan Wiranto memberi perintah untuk menjalankan "Operasi Kuningan" terhadap 13 aktivis yang saat itu masih dalam pengendalian Pangkoops Jaya. Seperti disebutkan dalam butir terakhir notulensi rapat yang dicatat oleh Sekpri Pangab tersebut, Wiranto memerintahkan agar membumihanguskan 13 aktivis tersebut," ujar Jajat.

Jajat menjelaskan, keaslian dari notulen tersebut memang masih menjadi pertanyaan di masyarakat. Namun, jika memang terbukti kebenarannya maka tuduhan yang selama ini di tujukan kepada Prabowo mengenai hilangnya para aktivis tidak benar.

"Mari kita lihat bersama. Jika pada akhirnya dokumen ini terbukti asli, maka Wiranto benar-benar harus bertanggung jawab terhadap peristiwa itu, juga atas kebohongan publik yang ia lakukan," tegas Jajat.

Berdasarkan catatan Kontras, sebanyak 23 aktivis dihilangkan ketika itu. Dari total itu, satu orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), sembilan orang dilepaskan, dan 13 orang lainnya masih hilang hingga kini.

Sembilan aktivis yang dilepaskan adalah Desmond Junaidi Mahesa, Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Faisol Reza, Rahardjo Walujo Djati, Nezar Patria, Aan Rusdianto, Mugianto dan Andi Arief.

Sedangkan 13 aktivis yang masih hilang dan belum kembali adalah Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Wiji Thukul, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin, dan Abdun Nasser. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya