Barangkali Joko Widodo calon presiden yang didorong PDI Perjuangan dan sejumlah purnawiran jenderal sudah dapat dikategorikan ke dalam golongan yang dengan sengaja mempermainkan perasaan umat Muslim.
Jokowi entah mengapa terlihat jelas sangat takut menghadapi stigma bahwa dirinya bukan muslim yang baik. Untuk membuktikan dirinya adalah seorang muslim, Jokowi dan para pendukungnya ramai-ramai menyebarkan bukti-bukti yang memperlihatkan kealiman dan kesungguhan Jokowi dalam memeluk agama Islam.
Foto-foto yang memperlihatkan ia dan keluarganya berfoto di halaman Masjid Al Haram, Makkah Al Mukarramah, dengan latar belakang Rumah Allah Kabah, beredar luas di tengah masyarakat. Juga foto-foto yang memperlihatkan ia memimpin shalat jemaah.
Bahkan pernah ada cerita yang dibesar-besarkan tentang kekaguman salah seorang pemimpin ormas muslim terhadap keislaman Jokowi. Ketua ormas muslim ini bahkan disebutkan terkagum-kagum dengan bacaan shalat Jokowi yang panjang dan fasih.
Awalnya, hanya segelitir orang yang mengira Jokowi terlalu khawatir dianggap bukan muslim yang baik. Sampai, pada saat dekalrasi kampanye pilpres damai beberapa waktu lalu dia dengan terang-terangan memperlihatkan kekhawatirannya itu.
Jokowi memulai sambutannya dengan mengucapkan salam yang begitu panjang, yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Hal ini membuat banyak yang curiga Jokowi sekadar mengucapkan salam yang begitu panjang sebagai aksesoris untuk menambah bobot keislamannya.
Dalam debat capres ketiga yang lalu, Jokowi menggunakan salah satu isu sensitif di kalangan umat muslim Indonesia yakni persoalan kemerdekaan Palestina. Jokowi dengan lantang mengatakan akan mendukung kemerdekaan Palestina, dengan nada suara yang membuat seolah hanya dirinya yang peduli dengan persoalan itu.
Hal ini pun patut diduga merupakan upaya Jokowi meyakinkan publik bahwa dia adalah muslim yang baik. Tetapi di sisi lain, hal ini juga dianggap sebagai upaya yang mempermainkan perasaan kaum muslim Indonesia, karena Jokowi dan PDIP sebelumnya sama sekali tidak pernah memperlihatkan ketertarikan pada isu ini.
Di sisi lain, secara terpisah, Dutabesar Palestina untuk Indonesia, Fariz N Mehdawi, mengakui bahwa Indonesia memiliki komitmen yang sangat kuat terhadap isu kemerdekaan Palestina sejak dahulu. Komitmen yang sangat kuat ini dimiliki baik pemerintah maupun masyarakat sipil.
Di mata Dubes Fariz, dukungan dan komitmen Indonesia pada Palestina yang merdeka dan berdaulat itu tidak pernah berubah dan senantiasa kuat sejak era Pemerintahan Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Dubes Fariz juga menyampaikan harapan agar isu Palestina tidak dipolitisir dan menjadi kontroversi. Dia ingin isu Palestina menjadi pemersatu masyarakat Indonesia.
Dia juga menyebutkan salah satu pihak di luar pemerintah yang mendukung kemerdekaan Palestina adalah Partai Gerindra. Partai yang didirikan Prabowo Subianto ini pernah memberikan donasi senilai Rp 500 juta ketika Palestina diinvasi Israel.
[dem]