Pengamat ekonomi Purbaya Yudhi Sadewa mengakui selama ini memang terjadi kebocoran uang negara. Tapi untuk jumlah sampai Rp 1.000 triliun per tahun, dia tidak tahu.
"Saya nggak tahu hitungan itu dari mana," ucapnya kepada Rakyat Merdeka Online tadi malam.
Sebelumnya dalam debat capres, Prabowo Subianto menyatakan telah terjadi kebocoran anggaran negara sekitar Rp 1.000 triliun setiap tahun. (Baca:
Fadli Zon: Kebocoran Anggaran Negara Terjadi Sejak Zaman Pak Harto)
Setelah membaca ucapan Prabowo, kata Purbaya, yang dimaksud kebocoran tersebut bukan APBN melainkan sumber daya alam. Kebocoran ini terjadi antara lain di penyelundupan kayu-kayu, penyelundupan ikan-ikan dari perairan Indonesia, penyendupan migas, dan juga kontrak-kontrak dengan perusahaan asing dengan pembagian yang kecil untuk Indonesia.
Kebocoran ini, lanjutnya, jelas berkaitan dengan APBN. Sebab, dengan menghilangkan penyelundukan, pemerintah akan mendapatkan pajak dari penjulan kayu, ikan, juga migas. Dengan kontrak-kontrak yang baik, Indonesia akan mendapatkan bagian yang lebih tinggi. "Jadi, kalau diberesin, akan ada uang masuk ke APBN,†ucapnya.
Namun, untuk menutup ini kebocoran ini bukan hal gampang. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuk kerja keras secara bertahan memindak para penyeludup dan meningkatkan tax ratio. Hal ini tidak bisa dilakukan dalam satu tahun. (
Baca: Hatta: Dua Esensi yang Disampaikan Prabowo terkait Kebocoran Anggaran)
“Ini idealisme yang bagus. Tapi, untuk direalisasikan agak sulit. APBN kita tidak mungkin tiba-tiba bertambah sebesar Rp 1.000 triliun dari Rp 1.800 triliun saat ini menjadi Rp 2.800 triliun tahun depan. Jadi, harus hati-hati. Jangan sampai sudah dianggarkan, tapi uangnya tidak dapat, nanti pembangunannya memakai apa," tandasnya. [zul]