Di mata kader Partai Demokrat, pola komunikasi elit PDI Perjuangan dan tim sukses Joko Widodo-Jusuf Kalla agresif dan arogan. Karena bukannya berbaik sangka, santun, tapi malah menyerang. Bukan memberikan empati, simpati, tapi malah bikin sakit hati.
"Mereka pojokkan dan lecehkan Pak SBY dan PD. Padahal massa PD tinggi lho. Nggak ada satu pun parpol pendukung Jokowi yang suaranya kalahkan PD. Belum lagi Pak SBY, yang elektabilitasnya di atas 47 persen," jelas Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat, Ramadhan Pohan, kepada Rakyat Merdeka Online (Jumat, 13/6).
Ramadhan mengungkapkan demikian, karena Ketua Umum DPP Partai Demokrat SBY sebenarnya sudah membuka pintu komunikasi dengan PDIP. Namun, SBY yang juga Presiden RI tersebut malah disuruh datang ke kediaman Megawati Soekarnoputri saat Lebaran.
Tak hanya itu, di saat kader-kader PD dan SBY menyarankan perlunya capres lebih banyak bicara ke rakyat, malah disuruh baca visi-misi Jokowi di website KPU. "Mereka lupa bahwa rakyat mencatat dan menilai nada arogansi dan melecehkan. Tuhan nggak suka dengan kesombongan," ungkap Wakil Ketua Komisi I DPR ini.
Sikap kubu Jokowi yang terus mencela membuat simpati kader Demokrat terhadap Prabowo Subianto-Hatta Rajasa bertambah. Apalagi memang, Prabowo
humble, terbuka, dan simpati ke partai berlambang bintang mercy tersebut.
"Prabowo sekarang di atas angin. Tapi, hati-hati, tiga pekan ke depan ini masih banyak bisa terjadi. Jika Prabowo salah komunikasi dan blunder, habislah. Tapi jika tetap relaks, tahan diri, sabar, Prabowo terpilih jadi Presiden Ke-7 RI," ungkapnya.
"Bukan hanya Prabowo, tapi juga timsesnya jangan sampai blunder. Nggak usah nyerang Jokowi kecuali Jokowi dan timsesnya nyerang keterlaluan, ya jangan diam juga. Yang penting terukur. Itu saran saya," demikian Ramadhan menambahkan.
[zul]