Berita

joko widodo/net

PILPRES 2014

Politik Anggaran Jokowi Bisa Picu Disintegrasi

KAMIS, 12 JUNI 2014 | 06:27 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

. Calon Presiden Joko Widodo dinilai hanya spontan saat menyampaikan ide politik anggaran agar pemerintah daerah patuh pada pemerintah pusat pada saat debat capres Senin malam kemarin. Karena Jokowi tidak mempelajari undang-undang yang berlaku sebelum menggagas ide tersebut.

"Jokowi spontan tanpa berkaca pada payung hukum," kata Koordinator Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Ucok Sky Khadafi saat dihubungi (Rabu, 11/6).

Karena menurut dia, penerapan politik anggaran itu akan melanggar undang-undang. "Politik anggaran tidak bisa diterapkan karena menyalahi undang-undang. Contohnya alokasi anggaran desa, kalau Jokowi tidak setuju maka sudah menyalahi Undang-undang Desa," ujarnya.

Lebih detil, Ucok mengingatkan, dalam Undang-undang Desa itu telah jelas menyebutkan berapa anggarannya sehingga tidak perlu komando dari pusat Selain melanggar UU, penerapan politik anggatan akan memicu pembangkangan daerah "Daerah tidak akan patuh kepada pusat. Pembangunan daerah bisa terhambat kalau prioritas selalu di pusat," tutur dia.

Bahkan, tak hanya pembangkangan, bisa juga memicu disintegrasi. Disintegrasi, tambah Ucok, menjadi dampak jangka panjang penerapan politik anggaran tersebut. "Kalau terus-terusan dihambat, pasti marah. Bukan lagi mengkritik tapi pembangkangan daerah, lalu disintegrasi," terangnya.

Pada debat capres kemarin, Jokowi mengungkapkan strategi politik anggaran agar pemerintah daerah patuh pada pemerintah pusat.

"Kenapa daerah tidak mengikuti pusat? Sebenarnya, bisa membuat daerah mengikuti (pusat) dengan cara politik anggaran. Dengan politik anggaran bisa kendalikan daerah. Ada reward and punishment. Bisa DAK (dana alokasi khusus) dipotong atau dikurangi, ini bisa membuat daerah ketakutan," tegas Jokowi. [zul]

Populer

Prabowo Perintahkan Sri Mulyani Pangkas Anggaran Seremonial

Kamis, 24 Oktober 2024 | 01:39

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Muncul Petisi Agus Salim Diminta Kembalikan Uang Donasi

Rabu, 23 Oktober 2024 | 02:22

Ketum PITI Sayangkan Haikal Hasan Bikin Gaduh soal Kewajiban Sertifikasi Halal

Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:01

Inilah Susunan Dewan Komisaris IPC TPK Baru

Jumat, 01 November 2024 | 01:59

UPDATE

Prabowo Instruksikan GSN Bikin Gerakan Nyata Bantu Rakyat

Minggu, 03 November 2024 | 01:51

Purnomo Yusgiantoro Center Apresiasi Kebijakan Swasembada Energi

Minggu, 03 November 2024 | 01:31

DPR Tinjau Kebocoran Penerimaan Negara di Sektor SDA

Minggu, 03 November 2024 | 01:11

Bakamla Asah Kemampuan di Perairan Teluk Ambon

Minggu, 03 November 2024 | 00:50

Prabowo Ingatkan Anak Buah Menteri Jangan Sering ke Luar Negeri

Minggu, 03 November 2024 | 00:30

Telkom Tingkatkan Kepedulian Karyawan Lewat Program Ayo BerAKSI

Minggu, 03 November 2024 | 00:10

Dari Menteri Hingga Bupati Siap Gunakan Maung

Sabtu, 02 November 2024 | 23:46

Rosan Pastikan GSN Lembaga Non-Politik

Sabtu, 02 November 2024 | 23:15

China Diam-dian Bangun Kapal Induk Misterius, Untuk Apa?

Sabtu, 02 November 2024 | 22:50

Erick Thohir Yakin Target Setoran Dividen BUMN Rp90 Triliun Bakal Tercapai Tahun Ini

Sabtu, 02 November 2024 | 22:30

Selengkapnya