Berita

firmanzah/net

Bisnis

Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Target 2014 Harus Direvisi

SENIN, 02 JUNI 2014 | 11:22 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Di tengah tahun Pemilu 2014, Indonesia menghadapi tantangan ekonomi dan fiskal yang tidak ringan. Selain harus melakukan mitigasi sebagai dampak pelambatan pertumbuhan ekonomi dunia, Indonesia harus menerima kenyataan menurunnya realisasi penerimaan dari sektor perpajakan.

"Mau tidak mau APBN 2014 harus direvisi untuk disesuaikan dengan kondisi terkini," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Firmanzah, dikutip dari setkab.go.id, Senin pagi (2/6).

The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) baru-baru ini telah merevisi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,4 persen dari proyeksi awal sebesar 3,6 persen di November tahun lalu.Sementara itu, realisasi pertumbuhan ekonomi banyak negara pada kuartal I-2014 di bawah proyeksi awal, seperti Tiongkok hanya tumbuh 7,4 persen, Brasil 0,2 persen, India 4,6 persen, Rusia 0,9 persen, dan Amerika Serikat hanya mampu tumbuh sebesar 0,1 persen.


Sedikit berbeda dengan WTO yang sempat menaikkan proyeksi perdagangan dunia pada 2014 yang tumbuh 4,7 persen bulan lalu, OECD justru mencatat ekspor negara-negara G7 dan BRICS turun sebesar 2,6 persen pada kuartal I-2014.

Sejumlah ketegangan di beberapa wilayah seperti Ukraina, Laut China Selatan, dan Timur Tengah, lanjut Firmanzah, juga dikhawatirkan turut memperbesar ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia. Hal ini turut berdampak pada rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014 di sejumlah negara ASEAN, misalnya realisasi ekspansi PDB Filipina hanya sebesar 5,7 persen dan Thailand terkontraksi 0,6 persen.

Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan itu memastikan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia telah berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagaimana dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2014 hanya sebesar 5,2 persen.

Realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014 itu, lanjut Firmanzah, memberikan implikasi dari sisi fiskal yang tidak sederhana dan membutuhkan segera langkah-langkah antisipasi.

"Dengan situasi dunia yang tidak kondusif, dapat dipastikan revisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 perlu segera dilakukan. Di mana target dalam APBN 2014 sebesar 6,0 persen perlu disesuaikan dengan kondisi terkini," papar Firmanzah. [ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya