Berita

susilo b. yudhoyono/net

Politik

SBY: Saya Tidak Akan Mendukung Capres yang Janjikan Nasionalisasi Aset

RABU, 07 MEI 2014 | 13:22 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menegaskan tetap konsisten pada sikap dan pandangannya dalam mendukung capres tertentu.

Ditegaskan SBY, untuk memilih pemimpin negeri ini, kita harus tahu persis apa yang akan dilakukan sang capres kalau ia betul terpilih. Rakyat harus tahu akan dibawa ke mana negara Indonesia, dan bagaimana pemerintahan dijalankan.

"Yang jelas saya, dan saya kira rakyat, tidak akan memilih calon presiden kalau tidak yakin bahwa yang dijanjikannya bisa dilaksanakan, tidak terlalu muluk-muluk dan yang dilaksanakan tidak membawa manfaat nyata bagi kita semua," kata SBY dalam sebuah rekaman wawancara khusus yang disebarluaskan lewat youtube oleh Suara Demokrat, yang dipublikasikan beberapa waktu lalu (http://www.youtube.com/watch?v=s9O7K5c8CPE).


SBY mencontohkan, ada janji-janji kampanye yang menurutnya berbahaya. Misalnya, kalau seorang capres mengatakan, andai menjadi presiden maka semua aset akan dinasionalisasi. Barangkali yang mendengar retorika itu, lanjut SBY, akan menyebut sang capres berani, tegas dan nasionalismenya tinggi.

Padahal, kalau betul terjadi nasionalisasi aset yang perjanjiannya digelar sejak era Presiden Soekarno atau Soeharto, Indonesia akan dituntut di arbitrase internasional. Kemudian, Indonesia akan kalah. Akibatnya, perekonomian akan porak-poranda.

"Dampaknya sangat dahsyat. Karena itulah kalau ada seorang capres bersikukuh melaksanakan nasionalisasi semua aset, saya tidak akan memilih, mendukung, karena saya tahu risikonya akan membawa malapetaka bagi perekonomian kita," tegasnya.

SBY juga menyindir capres yang mengklaim kalau terpilih akan mengembalikan negara ke UUD 45 sebelum dilakukan perubahan. Artinya, persis kembali seperti era dahulu. Saat itu, Indonesia punya sistem presidensial murni, punya MPR RI yang pegang kendali pemerintahan dan kenegaraan, pemilihan umum-nya pun jadi tak langsung.

"Itu mudah diucapkan, tapi bagaimana implementasinya? Apakah tidak ganggu stabilitas nasional? Membalik jalannya sejarah? Saya tak dapat membayangkan kalau itu dijanjikan dan benar dilaksanakan," ungkap SBY. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya