Berita

Politik

Mencari Pendamping Jokowi dari Tanah Sumatera?

KAMIS, 13 MARET 2014 | 12:25 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Makin kuat asumsi yang meyakini Megawati Soekarnoputri sudah menentukan hati siapa calon presiden yang akan diusung PDI Perjuangan di 2014 ini. Perdebatan apakah PDIP mendeklarasikan sebelum pemilu legislatif atau sesudahnya menjadi tak penting ketika manuver Mega semakin menunjukkan kecenderungannya.  

Berbeda dengan beberapa waktu setelah ia menjabat Gubernur, Jokowi kini adalah sosok kontroversial. Sosoknya makin kuat dijagokan. Gerakan untuk mendukung maju menjadi RI 1 semakin banyak, salah satunya Laskar Jokowi. Gerakan ini juga telah membuat website khusus (laskarjokowi.com) untuk mempromosikan politisi PDIP itu. Soal penyandang dana gerakan-gerakan yang begitu masif itu masih misteri.

Tetapi di sisi lain, baru lewat satu tahun ia menjabat gubernur, begitu menggunung persoalan di Jakarta yang belum pernah terjadi sebelumnya. Macet semakin parah, pembangunan ruas jalan baru justru menambah keruwetan di beberapa titik, banjir juga meluas dan makin lama. Yang paling anyar adalah aib di dalam tender armada bus Transjakarta asal China yang rusak dan berkarat.  


Lepas dari semua kontorversi itu, beberapa lembaga survei malah telah menetapkan tema poling yang mengangkat siapa pendamping paling layak untuk Jokowi. Seolah, kepastian akan nasib politik Jokowi sudah ditentukan jauh hari sebelumnya di tengah asumsi yang menguat itu.

Laskarjokowi.com sebagai salah satu website pendukung mantan Walikota Surakarta itu tak mau ketinggalan. Ada kanal bertajuk "Survei Mencari Pendamping Jokowi". Ada tulisan menarik yang baru diposting kemarin oleh admin website bersangkutan. Yaitu, soal kejayaan Nusantara (yang kemudian menjadi Indonesia) yang diprediksi akan berulang.

Admin situs tersebut secara spesial mengangkat kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang puncak kejayaannya pada abad ke 6-7. Kerajaan yang memiliki kekuatan maritim berpengaruh luas bukan hanya atas Sumatera, tetapi juga atas Jawa dan Kalimantan dan bahkan hingga ke Semenanjung Malaysia, Kamboja, Vietnam, Thailand Selatan serta Filipina.

Sekitar 7 abad kemudian setelah kejayaan Sriwijaya, yakni pada abad ke-14, Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada. Kerajaan Hindu-Buddha yang berpusat di Trowulan Jawa Timur ini berdiri sekitar tahun 1293 M sampai 1500 M.

Ramalan menyatakan, bangsa ini yang telah mengalami kejayaan di abad ke-7 dan abad ke-14 akan kembali berulang dalam pengulangan 7 abad. Maka siklus kejayaan berikutnya adalah abad ke 21, antara tahun 2000-2020. Diprediksi puncak kejayaan bangsa ini akan terjadi jika lahir pemimpin Dwitunggal perpaduan antara trah Majapahit dan Sriwijaya alias perpaduan Jawa dan Sumatera.

Singkat kata, tentu saja penulis ingin mengarahkan opini politik ke Jokowi sebagai tokoh yang memiliki trah Majapahit. Menariknya, untuk trah Sriwijaya, pendukung Jokowi tak menyebutkan satu nama. Tetapi beberapa seperti Yusril Ihza Mahendra, Puan Maharani, Aburizal Bakrie dan Hatta Rajasa. Penulis juga menyatakan di tengah-tengah kesemerawutan konstitusi, Indonesia ingin kembali ke ajaran Bung Karno dan meluruskan Konstitusi. Maka, diantara trah Sriwijaya yang pas mendampingi Jokowi adalah sang pakar tata negara, Yusril Ihza Mahendra, yang juga mewakili kelompok Islam.

Dengan kepemimpinan Dwitunggal trah Majapahit-Sriwijaya yang dikenal jujur ini, diyakini Indonesia akan bebas dari utang luar negeri yang menggunung. Bangsa ini akan mandiri dan berdaulat ekonomi, politik dan budaya.

Prediksi soal calon pendamping Jokowi terus menguat dan diprediksi kian liar dalam waktu beberapa waktu ke depan, sampai akhirnya "Banteng" menetapkan Capres/Cawapres definitif-nya.

Beberapa waktu lalu, politisi ulung di PDI Perjuangan, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, merilis beberapa kriteria calon pendamping Jokowi yang pas dalam versinya. Ia menyebutkan, persoalan ekonomi baik makro dan mikro, fiskal dan moneter akan semakin pelik termasuk pengendalian perdagangan impor dan ekspor. Karena itu, Wapres mendatang harus memahami masalah-masalah tersebut.

Selanjutnya, kata TB Hasanuddin, wapres pendamping Jokowi harus benar-benar memahami pluralisme di Indonesia dan mampu menyelesaikan konflik baik vertikal maupun horizontal, serta memiliki akses ke semua elemen.

Untuk yang satu itu, lagi-lagi ramalan kejayaan trah Majapahit-Sriwijaya boleh dikaitkan. Redaksi pernah menanyakan ke salah satu tokoh PDIP tentang kriteria yang disebutkan TB Hasanuddin. Soal itu, muncul satu nama tokoh nasional asal Sumatera yang terkenal secara nasional dan internasional sebagai ahli ekonomi kerakyatan yang tangguh. Dialah Rizal Ramli.

Pria bersahaja kelahiran Padang, Sumatera Barat itu pernah menjabat Menko Perekonomian RI walau dalam masa singkat di pemerintahan almarhum Abdurrahman Wahid. Walau begitu, prestasinya cukup menonjol dan diacungi dunia.

Pria yang dulu menjadi musuh politik Orde Baru itu (seperti halnya Mega), juga ditunjuk sebagai salah satu ahli ekonomi Indonesia yang dipercaya menjadi penasihat ekonomi PBB bersama ekonom Internasional lainnya seperti peraih Nobel Ekonomi, Prof. Amartya Sen dari Harvard University, serta dua peraih Nobel lainnya, Prof. Sir James Mirrlees Alexander dari Inggris dan Dr. Rajendra K. Pachuri dari Yale University.

Bola politik terus bergulir. Popularitas Jokowi dan manuver PDIP akan tetap saling memanfaatkan demi kemenangan politik setelah 10 tahun beroposisi terhadap pemerintah. Tapi, kuncinya tetap di tangan Mega.

Berbekal pengalaman politik yang luas dan kepemimpinannya atas Indonesia, jiwa negarawan Mega akan diuji untuk menempatkan kepentingan bangsa di atas golongan, ketika akhirnya Banteng didaulat sebagai pemenang pemilu dengan kewenangan istimewa untuk menentukan capres dan cawapresnya sendiri.  [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya