Berita

Politik

Inilah Titik Rawan Produksi Logistik Pemilu 2014

SELASA, 11 FEBRUARI 2014 | 16:10 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Ada beberapa titik rawan yang perlu diperhatikan dalam tahapan pemilu 2014 yang sedang berjalan saat ini yakni proses produksi dan distribusi logistik untuk pemilihan umum (pemilu) 2014.

Wakil Sekretaris Jenderal Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Indonesia, Girindra Sandino, mengatakan, tahapan yang berjalan saat ini antara lain adalah proses pencetakan atau produksi surat suara, tinta sidik jari dan alat bantu untuk bagi pemilih tuna netra, di beberapa perusahaan di berbagai daerah.

Diduga, jumlah surat suara yang diproduksi atau dicetak tidak tepat jumlah sesuai dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang sampai saat ini masih bermasalah.


Faktanya, DPT masih dalam proses perbaikan di beberapa daerah. Ada praktik pungli dalam proses perbaikan DPT yang terjadi di beberapa wilayah, yakni petugas KPU dimintai uang untuk mendapatkan data dari pejabat daerah terkait (petugas pencatatan sipil).

"Itulah hal yang menunjukkan begitu rawan praktik transaksional dalam penyempurnaan DPT. Potensi kecurangan diduga kuat masih ada di tahap produksi dan distribusi. Antisipasi semua pihak, khususnya penyelenggara pemilu dan aparat kemanan, perlu ditingkatkan," katanya.

Begitu pula produksi logistik lainnya, misalnya, dalam pengadaan tinta sidik jari. Sesuai PKPU 16/2013, tinta harus berwarna ungu dan/atau biru tua, tidak menimbulkan efek iritasi dan alergi pada kulit, tinta harus memiliki daya tahan/lekat selama 24 (dua puluh empat) jam, memiliki daya tahan terhadap proses pencucian dengan keras baik menggunakan sabun, detergen, alkohol maupun pembersih lainnya dan harus halal.

Ia menyoroti KPU dan Bawaslu yang menurunkan tim ke perusahaan di berbagai daerah tersebut untuk mengecek kelayakan logistik. Justru menurutnya, pada titik inilah paling rawan potensi gratifikasi kepada unit-unit tim KPU dan Bawaslu di lapangan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi logistik pemilu 2014, agar semua terlihat ‘baik-baik saja’.

"Tidak ada salahnya Komisi Pemberantasan Korupsi menurunkan unitnya untuk meninjau atau mengkajinya sebagai fungsi pencegahan korupsi," sarannya. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya