Masyarakat diharapkan tiÂdak khawatir dengan rencana akuiÂsisi PT Perusahaan Gas NeÂgara (PGN) oleh PT PertaÂmina (PerÂsero). Sebab, kedua peruÂsaÂhaÂan itu akan saling melengkapi.
Kekhawatiran itu terlalu meÂlebar ketika ada tudingan reÂkaÂyasa pemerintah yang ingin harÂga saham PGN melemah deÂngÂan cara menggantung naÂsib peÂrusahaan itu dalam dinaÂmika jadi tidaknya akuisisi.
Menurut Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) SofÂyano Zakaria, Pertamina dan PGN adalah dua perusaÂhaan yang saling melengkapi tapi seÂlama ini berjauhan. SelaÂma ini PGN hanya andal dalam trading, tapi tidak punya pasoÂkan gas yang signifikan. Malah, efeknya membebani pelanggan melalui kenaikan berkala tiap tahunnya.
“Tidak semua pelanggan PGN di kalangan industri sangÂgup membayar harga pasokan gas yang terus naik. Mereka renÂÂtan dengan penurunan penÂdapatan operasional, dan terÂbukti pendapatan PGN tahun lalu menurun,†ujar Sofyano.
Dia mengatakan, Pertamina seÂlama ini lebih fokus pada perÂminyakan tapi tidak terlalu panÂjang dalam kepemilikan pipa disÂtribusi gas. Sementara daÂlam praktik penjualan gas bagi rumah tangga, upaya PertaÂmina dianggap tidak memenÂtingkan ego korporasi.
Di tengah keterbatasan infraÂstrukÂtur pipa gas, Pertagas (anak usaha Pertamina) sebisa mungÂkin menutupi kebutuhan gas di berbagai kawasan inÂdustri yang tidak kunjung diÂpenuhi PGN. Baik karena belum membangun pipa baru ke kawaÂsan industri terÂtentu, atau kalauÂpun sudah ada (pipa) harga gas yang dijual PGN terlalu mahal.
“Kelemahan kedua perusaÂhaÂan itu bisa ditutupi atau setiÂdaknya diminimalkan saat PerÂtamina diberikan kelancaran mengÂakuisisi PGN. Program ini tidak akan membuat PGN mati. Justru sebaliknya, menghaÂdirÂkan sinergi,†ucapnya.
Sofyano menyatakan, saat kedua pihak menemukan solusi, sinergi lanjutan adalah potensi turunnya harga jual gas. Tidak mungkin setelah diakuisisi akan menghadirkan dua harga gas. Yang muncul adaÂlah harga gas bersama yang disepakati PertaÂgas dan PGN.
“Kepastian harga jual gas leÂbih murah secara logis dihaÂdirÂkan dari fakta bahwa saham PGN nantinya akan lebih banyak dimiliki pemeÂrintah. Dengan leÂbih merah putih, pemerintah puÂnya tanggung jawab lebih beÂsar mengatur harga gas agar leÂbih murah,†jelasnya.
Selain itu, akses gas utamaÂnya oleh pihak industri, akan seÂmakin luas ke berbagai kawaÂsan lainÂnya. Tentunya, harga gas yang tuÂrun menghadirkan peÂÂluang tambahan konsumen poÂÂtensial yang selama ini belum meÂÂmakai gas untuk kegiatan usaÂÂhanya.
KaÂrena saat harga gas yang diÂtetapkan PGN, sebagian inÂdustri kecil menengah belum meÂlihat keseimbangan nilai ekoÂnomi dari gas karena terbentur permodalÂan yang ada. ***