DPR menolak usulan Perum Bulog yang ingin menaikkan harga beras untuk rakyat miskin (raskin). Kebijakan tersebut dianggap sering salah sasaran dan membebani rakyat.
Anggota Komisi IV DPR Ian Siagian menegaskan, tidak alasan bagi Bulog menaikkan harga raskin. Perusahaan pelat merah seharusnya hanya fokus dalam penyaluran supaya tepat sasaran.
“Terkait dengan urusan subÂsidi, itu urusan pemerintah dan DPR. Bulog tidak perlu meÂmikirkan,†tegasnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Politisi PDIP itu mengatakan, saat ini masih banyak raskin yang tidak tepat sasaran dan banyak dinikÂmati orang kaya. Daftar peÂnerima raskin harusnya dikaji lagi.
Terkait melonjaknya beban subsidi untuk raskin, Ian mengaÂtakan, tidak menjadi masalah selama itu dinikmati masyarakat baÂwah. Sebab itu, dia juga meÂminta dilakukan audit terhadap penyaluran raskin, disamping kualitasnya juga perlu diperbaiki, apalagi saat ini banyak keluhan kualitasnya buruk.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mewacanakan kenaikan harga raskin sebesar 30 persen. Pasalnya, selama ini BuÂlog selalu menjual beras keÂpada rakyat miskin dengan harga di bawah harga pasar. Kondisi ini membuat pemerintah harus mengÂalokasikan anggaran subsiÂdi yang besar untuk program raskin.
“Untuk menghindari itu (subÂsidi besar), maka naikkan harga. Ini siap-siap saja, siapa tahu ganti pemerintah ganti kebijakan,†kata Sutarto.
Dia mengatakan, tahun ini harÂga raskin masih dipatok Rp 1.600 per kg. Rencananya tahun depan dinaikkan menjadi Rp 2.800, kemudian menjadi Rp 3.000 per kg pada 2016, dan Rp 3.200 pada 2017-2018.
Sutarto mengakui, kenaikan harga akan memberatkan masyaÂrakat miskin. Karena itu, dia mengusulkan pemerintah daerah ikut membantu.
Dia mengungkapkan, pada 2013, realisasi penyaluran raskin cukup besar. Dalam setahun, pemerintah menyalurkan 15 kali raskin. Kebijakan itu diambil sebagai kompensasi kebijakan kenaikan BBM dan menjelang hari raya keagamaan.
Dari data Bulog, saat ini 15,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) membeli raskin dengan harga Rp 1.600 per kg. Jatah satu RTS 15 kg setiap bulannya. Bulog berharap jumlah RTS pada 2018 turun menjadi 4,99 juta dengan jatah dinaikkan menjadi 40-45 kg per bulan.
“Bulog mengusulkan penamÂbaÂhan alokasi per RTS secara bertahap sehingga dapat memeÂnuhi 75 persen hingga 80 persen dari kebutuhan beras RTS,†kata Sutarto.
Dia menambahkan, penerima raskin tidak hanya kelompok masyarakat miskin. Lebih dari seÂparuh penduduk Indonesia meneÂrima beras itu, sekitar 12,5 persen bahkan kelompok orang kaya.
Kepala Kelompok Kerja PeÂngenÂdali Kluster 1 Sekretariat Tim Nasional Percepatan PeÂnangÂgulangan Kemiskinan Sri KuÂsumastuti Rahayu memÂperÂtanyakan kecilnya volume raskin yang diterima RTS. Dari yang dialokasikan 15 kg per RTS, kenyataan di lapangan hanya meÂnerima 5 kg.
Kalau realisasinya hanya meÂnerima 5 kg akibat raskin juga diterima warga yang bukan maÂsuk kategori miskin, makin kecil pula bantuan yang diterima keÂlomÂpok masyarakat miskin. ***