Sudah empat kali dalam sepekan ini banjir melanda pemukiman padat penduduk di Kavling PGRI, Medan Satria, Bekasi.
Ironisnya, hingga saat ini warga mengaku belum sekali pun mendapatkan bantuan dalam bentuk apa pun. Padahal selama ini, Kav PGRI merupakan salah satu daerah yang terbilang parah terkena dampak banjir. Ketinggian air yang melanda pemukiman ini mencapai dua meter lebih.
"Misalnya banjir pada Sabtu (18/1) kemarin, ketinggian air rata-rata di setiap RT hampir dua meter. Makanya tidak ada warga yang rumahnya tidak terkena banjir," tutur Sis, warga setempat, Minggu (19/1).
Menurutnya, banjir yang terjadi tahun ini, ketinggiannya hampir sama seperti yang terjadi pada 2007 lalu. Meski ketinggian air lebih parah tahun 2007, intensitas kali ini terbilang jauh lebih banyak.
"Bayangkan aja, baru abis magrib bersihin rumah, jam 11 malam udah masuk lagi. Kemarin aja belum sempat tidur, karena air udah masuk rumah, terpaksa begadang lagi," kata bapak dua anak ini sambil tertawa.
Kendati sudah menjadi korban banjir tiap tahun, Sis mengaku, pemukiman tempat tinggalnya jarang mendapat bantuan. Termasuk pada banjir kali ini.
"Kalau saat banjir, tentunya kami butuh makanan, obat-obatan dan selimut. Tapi jangankan itu, mie instan mentah aja, sama sekali kami tidak dapat," ungkapnya.
Pria yang bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta ini menilai, Pemda Kota Bekasi kurang peduli dan sigap terhadap warganya yang menjadi korban banjir. Musibah yang terjadi hampir setiap tahun ini, tidak pernah menjadi pembelajaran bagi Pemda untuk memberikan pelayanan pada warganya yang kebanjiran.
"Warga itu tidak perlulah mengharapkan pemerintah itu bisa atasi banjir yang sudah puluhan tahun terjadi. Kami cukup minta pemerintah peduli saja pada warga yang menjadi korban banjir," ujarnya.
Agus Ponidjan, Ketua RT 006/021 mengatakan, saat ini sudah banyak warga yang memgeluhkan terserang berbagaj macam penyakit. Mayoritas warga yang mengeluh terserang penyakit terdiri dari kalangan anak-anak, ibu-ibu dan lanjut usia.
"Rata-rata warga terserang gatal-gatal, diare dan batuk. Maklum selama banjir terjadi warga bertahan di tempat tinggalnya masjng-masing," tutur Agus.
Kenapa tidak mengungsi? Menurut Agus, selama ini memang tidak ada tempat pengungsiaan khusus yang disediakan warga. Lagipula, lanjut dia, pihak RT san RW tidak punya saran untuk membawa warga yang ingjn mengungsi.
"Dulu kita punya perahu karet yang bisa dipakai warga untuk keluar dari rumahnya tapi karena rusak, kami tidak bisa lagj membantu bila ada warga yang ingin keluar rumah untuk mengungsi," jelas pria yang berprofesi sebagai tukang ojeg ini.
[wid]