Berita

foto: net

Blitz

Tidak Ada Kebaikan yang Didapat Indonesia dari FCTC

RABU, 13 NOVEMBER 2013 | 17:48 WIB | LAPORAN:

Pemerintah sepertinya ngotot meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).  Pemerintah tidak menghitung aspek-aspek yang melemahkan, merugikan petani dan pengusaha nasional.

Menurut anggota Komisi Kesehatan dan Ketenagakerjaan (Komisi IX) DPR, Poempida Hidayatullah, pelaku industri rokok dan petani tembakau di daerah protes menolak aksesi FCTC. Bahkan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi juga menolak FCTC.

Kemenakertrans berargumen sektor industri hasil tembakau melibatkan lebih dari 6 juta tenaga kerja (buruh, petani, dan industri pendukung) yang akan menganggur akibat FCTC. Sementara, Kemenperin berargumen  industri hasil tembakau adalah industri legal. Dan berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 28 Tahun 2008 dimasukkan dalam industri prioritas yang harus dipertahankan iklim usaha yang kondusif.


"Ya memang pemerintah semakin tidak punya hati, dan jelas tidak pro terhadap pekerja atau buruh," tegas Poempida saat ditemui di ruangannya, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (13/11).

Ditambahkan Poempida, data BPS mengatakan penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 3 juta orang dari Februari 2013 ke November 2013. Angka itu sangat mengkhawatirkan. Tidak ada keuntungan meratifikasi FCTC. Malah, pemerintah akan terkesan disetir oleh negara asing.

"Jangan terjebak permainan asing. Kita sudah pernah dirugikan dengan mengikuti IMF. Semua negara yang tidak ikut IMF malah bangkit dan selamat. Masa kebodohan harus diulangi lagi?" ujarnya keras.

Poempida mengatakan, industri rokok dan tembakau di Indonesia unik. Jadi, harus ada cara yang khusus juga dalam menanganinya, tidak seenaknya memakai kebijakan global yang belum tentu cocok untuk Indonesia. Menurut politisi Partai Golkar ini, roadmap industri rokok dan tembakau Indonesia harus ditata rapi dulu sebelum dapat mengadaptasi kebijakan FCTC. [ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya