Berita

Chairun Nisa

On The Spot

Usai Digeledah KPK, Rumah Dinas Chairun Nisa Kosong

Kediaman Pribadi Di Duren Sawit Belum Disentuh
RABU, 09 OKTOBER 2013 | 10:17 WIB

Diam-diam Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menggeledah rumah dinas Chairun Nisa di Kompleks Rumah Jabatan Anggota (RJA) DPR RI Kalibata, Jakarta Selatan.

Delapan petugas berseragam biru laut berjaga di depan gerbang kompleks RJA DPR yang terletak di Jalan Pegadegan Selatan Raya. Beberapa orang mengenakan helm putih bertuliskan PKD. Lainnya mengenakan topi komando berwarna hitam.

Mereka bersiaga di pos yang terletak di sebelah kanan gerbang. Model pos ini mirip loket. Dinding depannya dipasang kaca dengan celah di bagian bawahnya. Di dinding kaca ini ditempel daftar nama nama anggota DPR penghuni kompleks ini. Lengkap dengan asal partai dan alamat rumah yang didiaminya.

Di dinding ini juga ditempel pemberitahuan tamu wajib lapor dengan abjad besar. Ada meja kecil dari beton yang menyembul di bawah dinding kaca. Beberapa buku tulis besar digeletakkan di situ. Salah satunya buku tamu.

Menurut Junaedi, salah seorang petugas jaga di gerbang, setiap orang yang hendak masuk ke kompleks ini harus diperiksa. Begitu juga kendaraan yang dipakainya. Orang datang akan ditanya apa keperluan ke sini.  “Harus ada janji dan persetujuan terlebih dulu. Kalau tidak, ya tidak masuk,” katanya.

Namun pengamatan Rakyat Merdeka, sejumlah pejalan kaki bebas masuk tanpa diperiksa. Beberapa pengendara mobil maupun motor juga leluasa keluar masuk melewati gerbang. Tak dicegat petugas jaga.

Perlakukan berbeda ketika taksi mendekati gerbang. Petugas jaga mencegatnya dan menanyakan tujuan ke sini. “Yang masuk dan keluar itu orang dalam,” dalih Junaedi ketika ditanya soal pejalan kaki dan pengendaraan yang bebas keluar masuk.

Informasi yang diperoleh Rakyat Merdeka, Chairun Nisa, anggota DPR yang terlibat kasus suap terhadap Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) menempati rumah dinas di Blok F 6 Nomor 483. Penyidik KPK menggeledah rumah ini Kamis sore. Hanya berselang sehari setelah penangkapan Chairun Nisa.

Rusdianto, Kepala Regu Pengamanan di Kompleks RJA DPR Kalibata mendengar kabar bahwa KPK telah menggeledah rumah Chairun Nisa. “Namun, pas penggeledahan kami lagi libur,” akunya.

Junaedi menambahkan, sejak menggeledah ada permintaan dari KPK agar tidak mengizinkan siapa pun untuk masuk ke rumah dinas Chairun Nisa.

“Pak Sugeng orang KPK bilang tidak boleh masuk. Karena KPK masih perlu melakukan hal-hal yang diperlukan,” sebutnya.

Dengan handy talkie, ia mengontak rekannya sedang patroli di kompleks ini agar mengecek rumah Chairun Nisa. “Apakah ada orang?” tanya petugas bertubuh kurus itu.

Tak lama, rekannya yang tengah berpatroli memberitahukan bahwa tidak ada orang di rumah itu. Rumahnya kosong. “Tidak ada orang. Bapaknya juga tidak ada,” kata Junaedi meneruskan informasi dari rekannya. Bapak yang dimaksudnya adalah Maliki, suami Chairun Nisa.

Rusdianto memanggil Junaedi. Ia lalu menunjukkan pesan di ponselnya. “Iya. Oke,” kata Junaedi tampak paham.

Rusdianto juga mengatakan rumah dinas Chairun Nisa tak berpenghuni. “Sejak tanggal 5 Oktober rumah itu kosong,” ujarnya.

Ia mengaku tak tahu aktivitas anggota DPR yang menghuni kompleks rumah dinas ini. Alasannya, baru sebulan ditugaskan di sini sehingga belum kenal satu per satu penghuni.

Rusdianto hanya mengenal nama penghuni dari daftar yang ditempel di dinding kaca di pos. Dari situ dia tahu bahwa anggota Fraksi Partai Golkar mendapat rumah dinas di Kalibata.

“Iya memang orang Golkar semua di sini,” ungkapnya. Mereka, lanjut Rusdianto, menempati Blok E dan F. Selain di Kalibata, DPR memiliki kompleks rumah dinas di Ulujami, Jakarta Selatan.

Rakyat Merdeka sempat melihat-lihat anggota DPR yang menghuni kompleks rumah dinas Kalibata. Di situ tercantum nama penghuni Dra Hj Chairun Nisa, MA dengan urutan 494.

Kepala Humas KPK Johan Budi Sapto Prabowo menyampaikan tidak pernah melarang siapa pun untuk melihat rumah Chairun Nisa. Menurut dia, tidak benar jika KPK memerintahkan petugas jaga kompleks Kalibata agar tak mendekati rumah dinas tersangka itu.

“Tidak ada (perintah) seperti itu. KPK tidak pernah melarang-larang orang ke sana. Semua urusan keluar masuk komplek itu ya otoritas dan tanggung jawab mereka. Yang pasti KPK tidak pernah melarang,” tandas Johan.

Johan membenarkan penyidik KPK sudah melakukan penggeledahan rumah Chairun Nisa. Apa saja yang disita dari rumah itu? Ia belum bisa menyampaikannya. Alasannya masih ditelaah.

Chairun Nisa diketahui juga memiliki rumah di bilangan Duren Sawit, Jakarta Timur. Apakah rumah ini juga telah digeledah? Johan mengatakan, hanya rumah dinas di Kalibata yang telah digeledah KPK.

KPK Kerahkan 60 Anggotanya Bersamaan dengan penggeledahan rumah dinas di Kalibata, penyidik KPK bergerak ke DPR. Sasarannya ruang kerja Chairun Nisa di gedung Nusantara I. Perempuan yang telah empat periode di DPR itu memiliki ruang kerja di lantai 14 gedung itu.

Ruang kerja Chairun Nisa bernomor 1411 terletak di koridor barat laut.  “Ada 11 datang sekitar jam lima sore,” kata salah seorang petugas keamanan dalam (PKD) DPR yang menyaksikan kedatangan penyidik KPK Kamis lalu.

Hari itu, 60 anggota KPK disebar untuk melakukan penggeledahan di sejumlah tempat. Yakni di ruang kerja Akil Mochtar di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), rumah dinas Akil di Kompleks Pejabat Negara Widya Chandra, rumah dinas Chairun Nisa, dan rumah Tubagus Chaeri Wardana di Kuningan, Jakarta.

“Penggeledahan di lima titik,” kata Johan Budi SP, Juru Bicara KPK.

Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan adalah adik Gubernur Banten Atut Chosiyah. Ia juga ditangkap karena diduga hendak menyuap Akil Mochtar. Menurut Johan, penggeledahan ini untuk mencari jejak-jejak tersangka.

Dalam kasus suap terhadap Akil Mochtar, KPK menetapkan sejumlah orang sebagai tersangka. Yakni Akil Mochtar, anggota DPR Chairun Nisa, pengusaha Cornelis Nala, Bupati Gunung Mas Hambit Bintih, Wawan dan advokat Susi Tur Andayani
Chairun Nisa, Cornelis Nala dan Hambit terkait dengan suap sengketa hasil pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Sedangkan dua nama terakhir terkait dengan sengketa hasil pilkada Lebak, Banten.

Susi Tertutup Sejak Jadi Pengacara
Penuturan Ibunya

Rumah Susi Tur Andayani --tersangka penyuap Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar-- di Bandar Bandar Lampung sepi. Keluarganya memilih mengurung diri di dalam rumah bernomor 20 di Jalan Way Semangka, Pahoman itu.

Gerbang rumah berlantai dua tampak rapat terkunci. Dua mobil teparkir di garasi rumah yang berdiri di atas lahan seluas 400 meter persegi ini. Suami Susi, Gatot Azhari,  pejabat di Kota Bandar Lampung, juga tidak muncul.

Pagar setinggi hampir dua meter yang menutupi rumah Susi menyembunyikan aktivitas rumah mewah tersebut. Keluarga Susi mendiami rumah di kawasan elite Bandar Lampung ini sejak setahun terakhir. 

Sejumlah tetangga tidak menyangka Susi bakal ditangkap KPK. Apalagi, menurut mereka, Susi selama ini terkenal dekat dengan sejumlah kepala daerah di Lampung.

Selain dekat dengan pejabat daerah, Susi juga sangat dekat dengan Akil Mochtar sejak lama. Sebelum menjadi advokat, Susi Tur Andayani pernah magang di kantor advokat milik Akil Mochtar di Pontianak, Kalimantan Barat.

Menurut seorang warga setempat, rumah keluarga Susi belum lama direnovasi. “Rumah ini baru dipugar sekitar tiga bulan lalu,” katanya.

Siti Mariam, ibu Susi berkali-kali mengaku masih tak habis pikir anaknya sampai jadi tersangka. Perempuan berusia 71 tahun itu tak percaya anak keempatnya ditangkap KPK.

Menurut Mariam, selama tinggal bersamanya, Susi anak yang cerdas dan taat ibadah. “Dia kalau soal agama Alhamdulillah. Dia suka shalat, suka mengaji, kalau soal agama dia lumayan. Tapi, nggak tahu kenapa jadi begitu sekarang,” tutur Mariam.

Dengan suara bergetar, Mariam menceritakan sekilas perjalanan hidup anaknya itu. Mariam mengatakan, Susi lahir, tumbuh besar, dan mengenyam pendidikan awal di Tebet, Jakarta Selatan. Sejak di bangku SD, Susi sudah berprestasi.

“Dia memang pintar, dia paling menonjol di antara lima anak saya. Sejak kecil dia memang pintar,”  kata Mariam.

Susi kemudian kuliah dan bertemu jodohnya di Universitas Lampung. “Dia kuliah jurusan hukum,” tuturnya.

Setelah lulus kuliah, Susi menikah dengan teman sekampusnya itu. “Setelah lulus kuliah, dia sempat tinggal di sini. Lalu, dia menikah. Nggak lama kemudian, dia ikut suaminya kerja di Pontianak. Suaminya Insinyur pertanian, dia PNS,” kata Mariam.

Setelah delapan tahun tinggal bersama suami di Pontianak, Susi dan keluarga pindah kembali ke Lampung. Di provinsi yang terkenal dengan hewan Gajah itu, Susi mulai meniti karier sebagai pengacara.

Tepatnya di Bandar Lampung, Susi dan suami bersama dua buah hatinya. “Sejak kembali ke Lampung itu, Susi mulai jadi pengacara. Suaminya di Dinas Pertanian,” katanya.

Pada Rabu malam (2/10), anak yang Mariam dibanggakan itu ditangkap petugas KPK di Lebak, atas dugaan menjadi perantara suap Rp 1 miliar kepada Ketua MK Akil Mochtar terkait sengketa Pilkada Lebak di MK.

Pihak KPK menemukan uang Rp 1 miliar yang disimpan Susi di rumah ibundanya, Tebet, Jaksel. Sebelumnya KPK meringkus Susi di Lebak. Uang diduga berasal dari Tubagus Chairi Wardana alias Wawan. Wawan adalah adik Gubernur Banten Atut Chosiyah.

Mariam mengungkapkan, sempat diprotes anaknya yang lain karena dianggap turut menyembunyikan uang itu di lemari. Susi, kata dia, tak tampak bersikap aneh ketika menyerahkan uang disimpan di tas olahraga.

“Dia biasa saja. Dia waktu pergi dari sini cuma bilang ada kerjaan dan langsung pergi sendiri. Saya juga bingung, kenapa dia jadi begitu. Sebelum itu, dia kalau ke sini nggak pernah mengajak teman,” terangnya.

Mariam mengakui, Susi menjadi orang yang tertutup kepada anggota keluarga, termasuk dirinya, setelah menjadi pengacara. “Dia kerjaannya memang pengacara. Itu sejak dia tinggal dengan keluarganya di Bandar Lampung. Jarang ke sini. Paling sebulan sekali, kalau ada kerjaan. Dia orangnya nggak banyak cerita ke saya,” ujar Mariam. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Anak Usaha Telkom Hadirkan DreadHaunt, Gim Bergenre Survival Horror

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:57

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

2 Jam 1 Meja

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:40

Dua Mantan Pegawai Waskita Karya Digarap Kejagung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:38

KPK Sita 7 Mobil dan Uang Rp1 Miliar usai Geledah 10 Rumah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:24

Bareskrim Bakal Bongkar Puluhan Artis dan Influencer Terlibat Promosi Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:42

Mudahkan Warga Urus Paspor, Imigration Lounge Kini Hadir di Mal Taman Anggrek

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:19

KPK Cekal 5 Tersangka Korupsi Pencairan Kredit Usaha Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:52

Polisi Tangkap Penyekap Bocah 12 Tahun Selama Seminggu di Kalideres

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:42

KPK Usut Dugaan Korupsi Pencairan Kredit Usaha BPR Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 22:52

Selengkapnya