Berita

Politik

Kenapa Harus Melawan APEC?

RABU, 25 SEPTEMBER 2013 | 19:31 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

SEJAK kebijakan perdagangan bebas melalui ASEAN ditandatangani oleh pemerintahan SBY, setiap tahun ribuan industri nasional gulung tikar. Salah satu industri yang langsung terjungkal oleh kebijakan liberalisasi perdagangan adalah  industri tembakau.

Data Badan Pusat Statistik menyebutkan antara tahun 2007-2010 jumlah industri tembaku yang hilang dari peredaran mencapai 308 unit perusahaan. Tahun 2007 berkurang 78 perusahaan, 2008 sebanyak 77 perusahaan, 2009 sebanyak 80 perusahaan dan tahun 2010 sebanyak 73 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tembakau tersebut lenyap akibat dihantam oleh regulasi pro impor dan kebijakan nasional yang didorong oleh rezim internasional.

Ribuan industri lainnya juga gulung tikar. Sebanyak 1470 industri lenyap dalam tahun 2007, sebanyak 2304 perusahaan lenyap dalam tahun 2008, sebanyak 1226 hancur dalam tahun 2009 dan sebanyak 1123 perusahaan hilang dalam tahun 2010. Total perusahaan perusaan yang lenyap dalam periode tersebut mencapai 6123 perusahaan.

Perjanjian perdagangan bebas dan liberalisasi investasi yang akan disepakati melalui Asia Pacifik Economic Cooperation (APEC) pada 7-8 Oktober di Bali, akan semakin menyebabkan pasar Indonesia diserbu oleh tembakau dan produk tembakau impor. Perusahaan kecil dan menengah akan berguguran yang pada ahirnya pasar tembakau serta produk tembakau akan diambil alih oleh modal asing.

Selain itu kebijakan nasional yang neoliberal dan anti rakyat seperti pencabutan subsidi BBM, kenaikan harga listrik, adalah kebijakan yang merupakan komitmen pemerintah terhadap liberalisasi perdagangan yang disepakati dalam APEC. Pemerintah juga melakukan pembatasan terhadap industri tembakau melalui standarisasi produk seperti penentuan tar, nikotin rendah, kebijakan kenaikan cukai yang juga merupakan komitmen terhadap rezim internasional.

Mengapa Petani, Buruh, dan Pelaku Industri Tembakau harus Melawan APEC? APEC adalah forum kaum kapitalis global yang hendak merenggut kekayaan ekonomi nasional!

Penulis adalah peneliti The Institute for Global Justice (IGJ )

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

CM50, Jaringan Global dan Pemimpin Koperasi

Rabu, 12 Februari 2025 | 04:45

Telkom Salurkan Bantuan Sanitasi Air Bersih ke 232 Lokasi di Indonesia

Rabu, 12 Februari 2025 | 04:15

TNI Kawal Mediasi Konflik Antar Pendukung Paslon di Puncak Jaya

Rabu, 12 Februari 2025 | 03:45

Peran para Bandit Revolusioner

Rabu, 12 Februari 2025 | 03:19

Pengecer Gas Melon Butuh Kelonggaran Buat Naik Kelas

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:59

DPD Apresiasi Kinerja Nusron Selesaikan Kasus Pagar Laut

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:39

Telkom Beri Solusi Kembangkan Bisnis Lewat Produk Berbasis AI

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:19

Pengangkatan TNI Aktif sebagai Dirut Bulog Lecehkan Supremasi Sipil

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:59

Indonesia Perlu Pikir Ulang Ikut JETP

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:48

KPK Diminta Periksa Bekas Ketua MA di Kasus Harun Masiku

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:35

Selengkapnya