Berita

Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI)

On The Spot

Ngintip Rumah Anas Urbaningrum Yang Jadi Markas PPI

Belum Punya Sekretariat, Loyalis Lesehan Di Pendopo
RABU, 18 SEPTEMBER 2013 | 10:03 WIB

Bekas Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum telah mendirikan Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI). Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) itu dideklarasikan Minggu (15/9). Kediaman Anas di Jalan Teluk Semangka Blok C9 Nomor 1 Kavling AL Duren Sawit, Jakarta Timur, dijadikan markas ormas
itu. Apa saja kegiatannya? Yuk kita intip.

Yadi, petugas keamanan berjaga di pos berukuran 1 x 1 meter yang berada di bagian dalam kediaman Anas yang megah, Selasa siang. Sudah dua tahun lebih pria berkulit cokelat itu menjaga rumah ini. Ia juga akan membuka gerbang bila si empunya hendak pergi atau bila ada tamu datang.


Warga Duren Sawit itu mengatakan, sejak PPI dideklarasikan banyak orang datang ke rumah Anas. Para tamu datang saat jam makan malam.

“Semalam (Senin-red), datang dari Krapyak, Yogyakarta. Kemarin dari PBNU juga datang. Semuanya saya catat di buku tamu. Nanti dilaporin ke sekretariatan,” papar Yadi sembari menunjuk meja satpam di sisi kiri pintu masuk. Di atas meja itu ada buku besar untuk mencatat siapa saja tamu yang berkunjung ke rumah bekas Ketua Umum Partai Demokrat itu.

Minggu, (15/9), bertepatan dengan pengenalan 11 peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat, Anas mendeklarasikan berdirinya PPI di kediamannya. Halaman parkir seluas lapangan bulutangkis di rumahnya tak dapat menampung orang datang untuk menyaksikan acara itu.

Lewat televisi layar cembung 14 inci, mereka yang tak bisa masuk ke dalam menyaksikan prosesi deklarasi.

Anas yang berstatus tersangka kasus korupsi proyek Hambalang itu menegaskan, PPI dibentuk sebagai wadah bagi masyarakat untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
“Ini milik bersama dan akan kita besarkan bersama-sama, Insya Allah akan kita rawat bersama. Tidak boleh ada klaim properti pribadi, klaim kelompok, dan klaim keluarga,” kata Anas dalam pidatonya.

Deklarasi yang diselenggarakan di kediaman pribadi Anas Urbaningrum itu turut dihadiri beberapa tokoh. Di antaranya Ketua Komisi III DPR Gede Pasek Suardhika, anggota DPR Mirwan Amir, dan dua bekas kolega Anas di KPU dulu, Nazaruddin Sjamsuddin dan Mulyana W Kusuma. Nazaruddin dan Mulyana pernah dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus korupsi di KPU.

“Saya yakin di depan ada ujian, ada tantangan, ada semuanya. Tetapi itu akan makin menguatkan diri kita dan akan menghadirkan pelajaran-pelajaran bagi kita,” kata Anas.

“Anas bukan Perhimpunan Pergerakan Indonesia, Anas adalah bagian dari pergerakan Indonesia. Ini langkah awal, ini bukan apa-apa. Ini istilah lama yang lahir bersama proses revolusi. Ini baru langkah awal dan belum apa-apa,” lanjut Anas.

Pemantauan Rakyat Merdeka, dua hari pasca deklarasi, kediaman Anas yang dijadikan sekretariat sementara PPI terlihat sepi. Pagar-pagar kayu setinggi dua meter menghalangi pandangan ke dalam. Dua bendera dipasang di tiang bambu yang ditancapkan di kanan dan kiri jalan menuju rumahnya.

Di bagian dalam, halaman parkir seluas 81 meter persegi disulap menjadi tempat berkumpul. Tenda semi permanen melindungi parkiran itu dari terik panas dan hujan. Di sisi kiri parkiran, terdapat sebuah spanduk besar berukuran 2x13 meter. Di spanduk itu, terpampang lambang PPI dengan tulisan: Bergerak..! Serentak..! Gerakan Kebangkitan Indonesia.

Sebuah pendopo model Joglo yang berada di sisi kiri tempat parkir juga terpampang lambang PPI. Menurut Yadi, para simpatisan kerap berkumpul di sini sampai larut malam.

Jay, seorang simpatisan yang tengah memasang atribut PPI itu mengakui, ormas ini belum memiliki sekretariat. Kata dia, ruangan yang berada di sisi kanan tempat parkir akan dipakai untuk sekretariat. Selama ini ruangan itu dipakai untuk menerima tamu. Di situ hanya ada kursi tanpa meja.

“Masih tahap desain. Belum ada ruangan kantor. Alat-alat kantor seperti komputer juga belum,” papar pria berkulit bersih itu.

Azan Ashar berkumandang. Tak ada aktivitas pengikut PPI di sini. Lima satpam berjaga-jaga di dalam. Televisi layar cembung 14 inci menjadi sarana hiburan bagi mereka melewati hari. Pintu pagar yang tertutup, membuat kediaman ini terlihat sedikit gelap.

Tidak lama berselang, datang aktivis Nahdlatul Ulama Pasuruan-Jawa Timur, Subki Balya. Ia mengaku loyalis Anas. Pria berkaca mata itu mengatakan, setiap hari datang ke sini. Walaupun sudah dideklarasikan, PPI belum memiliki pengurus pusat.

Menurut dia, tak lama lagi kepengurusan akan dibentuk. Begitu di daerah-daerah. Para loyalis Anas, kata Subki, siap membentuk cabang di Sulawesi dan Jawa. “Kami fokus pada gerakan kebudayaan. Belum sampai ngomongin Pemilu 2014,” ujarnya.

Apa saja kegiatan yang dilakukan ormas ini? Subki bilang, saat ini hanya sebatas diskusi-diskusi di pendopo pada malam hari. Sambil lesehan, loyalis Anas berdiskusi soal perkembangan politik belakangan ini. 

“Coba datang malam. Pasti ramai. Biasanya, kalau ada yang dapat rezeki suka traktir (makan) bebek,” ajaknya.

Hingga pukul 4 sore, suasana sepi menyelimuti halaman rumah Anas. Empunya rumah sedang keluar. Suara gemericik air di kolam membuat betah berlama-lama di pendopo yang tak disediakan kursi ini.

Mirip Nama Ormas Bentukan Faisal Basri, Anas Diprotes

Baru saja berdiri, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) yang dideklarasikan Anas Urbaningrum sudah menuai protes. Protes datang dari Arie Sujito, Ketua Umum Perhimpunan Indonesia.

Pergerakan Indonesia digagas Faisal Basri. Bekas calon gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI 2012.

“Kami merasa perlu untuk melakukan klarifikasi terkait organisasi dengan nama sama yang telah kami pimpin. Klarifikasi ini penting untuk memberikan pembeda dan penegasan atas garis ideologi dan perjuangan yang telah lama kami jalankan,” ujar Arie.

Arie menjelaskan, Pergerakan Indonesia yang dia pimpin dideklarasikan sejak 2004 oleh Faisal Basri, Arie Sujito, Budiman Sudjatmiko, Faisol Riza, Ade Indira Damayanti dan lainnya. Organisasi itu memiliki cabang di 15 provinsi di seluruh Indonesia.

“Pergerakan Indonesia adalah ormas yang mempunyai prinsip dasar kebangsaan, kerakyatan, kemanusiaan, keberagaman, kesetaraan dan kebersamaan,” terang Arie.

Dengan tegas, Arie mengatakan, ormasnya tidak memiliki keterkaitan dengan Perhimpunan Pergerakan Indonesia yang dideklarasikan Anas.

“Dengan demikian, jelas bahwa ormas ini sama sekali tidak memiliki kaitan dengan ormas Pergerakan Indonesia versi saudara Anas Urbaningrum,” tegasnya.

Arie mengatakan pihaknya telah menyampaikan nota keberatan terhadap Anas secara langsung dan tidak langsung. Tujuannya, agar tidak menggunakan nama yang sama.

Menanggapi protes itu, loyalis Anas, Tridianto menegaskan, PPI berbeda dengan organisasi bentukan Faisal Basri. Bekas Ketua DPC Partai Demokrat Cilacap itu mengakui, memang ada kemiripan nama. Bahkan awalnya sempat hendak menggunakan nama Pergerakan Indonesia untuk ormas ini.

Namun karena nama Pergerakan Indonesia sudah ada yang memakai, lalu diputuskan menambah kata “Perhimpunan” di depannya.

“Jadi, Pergerakan Indonesia dan Perhimpunan Pergerakan Indonesia itu lain, nama dan juga logonya. Pendiri dan pengurusnya juga lain,” kata Tridianto kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurut Tridianto , ormas ini digagas setelah Anas memutuskan mundur dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Saat ini, lanjut dia, PPI sedang membentuk kepengurusan tingkat pusat dan daerah.

Dia mengatakan, PPI siap me-launching cabang di delapan provinsi. Yakni Aceh, Papua, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Medan, dan Bali. Para simpatisan di daerah, sambungnya, belum berani unjuk gigi lantaran pengurus di tingkat pusat belum mengesahkan kepengurusan daerah.

“Beberapa kabupaten sudah siap dibentuk dan ada beberapa bupati dan wakil bupati siap untuk menjadi pengurus PPI,” pungkasnya.

“Kami Bukan Organisasi Perlawanan”
Loyalis Anggap Anas Dizalimi

Anas Urbaningrum, pendiri Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) berstatus tersangka kasus korupsi proyek Hambalang. Kasus itu masih terus diusut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sewaktu-waktu, Komisi yang dipimpin Abraham Samad itu bisa memeriksa dan melakukan penahanan terhadap bekas Ketua Umum Partai Demokrat itu.

Lalu bagaimana nasib PPI yang dibidaninya? Aktivis Nahdlatul Ulama (NU) Pasuruan-Jawa Timur, Subki Balya menegaskan, PPI tetap berjalan sekalipun Anas ditahan. Menurutnya, pembentukan organisasi ini tak terkait dengan status hukum Anas. “Meskipun kita menilai mas Anas dizalimi dalam kasus ini,” kata Subki.

Subki mengungkapkan, mereka yang bergabung dengan PPI adalah para loyalis Anas. “PPI bukan organisasi perlawanan. Namun untuk bersatu membangun kebudayaan bangsa,” tandasnya.

Bekas Ketua DPC Partai Demokrat Cilacap Tridianto mengatakan, PPI tak akan terpengaruh dengan kasus korupsi yang disangkakan kepada Anas.

“Walau nanti Anas ditahan KPK, ini tidak menjadi penghalang bagi PPI untuk hadir di daerah, mengibarkan sayap,” tandas Tridianto.

Menurut Tridianto, ormas ini dibangun para loyalis, teman, dan sahabat Anas. Anggota yang bergabung mulai dari kader Demokrat, Hanura, kader partai lain maupun aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Anas adalah bekas Ketua Umum HMI.

“Kita ormas terbuka. Kita akan memberi masukan ke pemerintah dan akan segera membentuk pengurus daerah,” imbuhnya.

Tridianto mengatakan, masih terlalu dini jika memprediksi PPI ini sebagai embrio partai politik. Baru berumur beberapa hari, ormas ini masih fokus membentuk kepengurusan.
“Yang penting, ormas ini untuk menampung teman, sahabat dan juga loyalis Anas. Lembaran berikutnya (menjadi parpol), saya kira tidak,” katanya.

Kader Partai Demokrat dilarang untuk bergabung dengan ormas bentukan Anas. Kader yang ketahuan bergabung bakal diganjar sanksi.

“Saya tegaskan itu nggak boleh. Alasannya kita harus fokus (Pemilu) 2014. Akan ada tindakan tentunya. Ada suatu justifikasi kebijakan yang akan kita lakukan,” tandas Ketua Harian DPP Partai Demokrat Syarief Hasan.

Kendati begitu, sejumlah kader terlihat hadir saat deklarasi PPI. Salah satunya Gede Pasek, anggota DPR dari Partai Demokrat. Gede pun terancam akan dicopot dari jabatannya sebagai Ketua Komisi III DPR. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Anak Usaha Telkom Hadirkan DreadHaunt, Gim Bergenre Survival Horror

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:57

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

2 Jam 1 Meja

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:40

Dua Mantan Pegawai Waskita Karya Digarap Kejagung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:38

KPK Sita 7 Mobil dan Uang Rp1 Miliar usai Geledah 10 Rumah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:24

Bareskrim Bakal Bongkar Puluhan Artis dan Influencer Terlibat Promosi Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:42

Mudahkan Warga Urus Paspor, Imigration Lounge Kini Hadir di Mal Taman Anggrek

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:19

KPK Cekal 5 Tersangka Korupsi Pencairan Kredit Usaha Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:52

Polisi Tangkap Penyekap Bocah 12 Tahun Selama Seminggu di Kalideres

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:42

KPK Usut Dugaan Korupsi Pencairan Kredit Usaha BPR Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 22:52

Selengkapnya