Berita

rusdi kirana/net

Publika

Kesuksesan RK Bangun Lion Air Jadi Nilai Positif Saat Terjun ke Politik

SENIN, 02 SEPTEMBER 2013 | 15:11 WIB

ADA lima belas nama yang diundang Komite Konvensi untuk mengikuti penjaringan bakal calon presiden dari Partai Demokrat. Mereka adalah Anies Baswedan, Ali Masykur Musa, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wiryawan, Hayono Isman, Irsan Noor, Irman Gusman, Mahfud MD, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, Rusdi Kirana, Rustriningsih, dan Sinyo Harry Sarundajang.

Dengan mencermati nama-nama ini, saya agak yakin, perhelatan politik yang mengharu biru perpolitikan nasional ini akan memunculkan (bakal) capres alternatif, terutama dari kalangan generasi baru.

Dari lima belas nama ini-selain Anies, Gita, dan Dino, sekadar menyebut sebagian-Rusdi Kirana (RK) merupakan sosok generasi baru yang patut kita apresiasi kesediaanya memenuhi undangan Komite Konvensi.


RK, seperti kita ketahui, merupakan sosok yang bukan berasal dari kelompok mayoritas baik dari segi ras maupun keyakinan (agama). Kesediaannya menghadiri undangan Komite Konvensi menjadi bukti bahwa Indonesia sudah berubah. Dulu, di negeri ini, ada ras tertentu yang sekadar untuk menjadi warga negara yang sah pun bukan perkara mudah. Kini, hal itu sudah menjadi bagian dari memori masa lalu. Itu yang pertama.

Kedua, RK merupakan pengusaha sukses yang benar-benar merangkak dari bawah. Perusahaan yang dipimpinnya, Lion Air, telah menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia, dan salah satu yang utama di Asia. Padahal “cuma” berawal dari penyewaan satu pesawat Boeing 737-200, yang memulai penerbangan pertama pada 30 Juni 2000. Dari modal sepuluh juta dolar AS, atau setara sembilan miliar rupiah pada saat itu, kini menjelma menjadi salah satu dari perusahaan-perusahaan dengan aset dan pembayar pajak terbesar di Indonesia.

Mengharumkan Indonesia

Belum lama ini, saat berkunjung ke Perancis, di sebuah kafe kecil saya sempat berbincang-bincang dengan seorang warga negara Indonesia (WNI) yang sudah lama tinggal di Paris. Menurut pengakuannya, selama ini keberadaan WNI dianggap bukan siapa-siapa di Perancis, tapi sejak ada maskapai penerbangan Indonesia (tanpa menyebut nama) memesan 234 Airbus, WNI menjadi sangat dihargai. Nama Indonesia menjadi harum.


Kita tahu, maskapai penerbangan yang dimaksud adalah Lion Air, yang pada 18 Maret 2013 lalu telah menyepakati pemesanan 234 Airbus yang terdiri dari 109 unit jenis A230, 65 unit jenis A320, dan 60 unit jenis A321. Nilainya mencapai 18,4 miliar Euro atau setara 230 triliun rupiah. Ini merupakan pemesanan terbesar sepanjang sejarah Airbus.

Mungkin karena nilainya yang sedemikian besar, penandatanganan kesepakatan pemesanan itu dilakukan di Istana Kepresidenan Champ Elysee, di pusat kota Paris. Sesuatu yang tidak lazim dilakukan. Selain disaksikan sejumlah wartawan lokal dan internasional, hadir dan memberikan sambutan Duta Besar Indonesia untuk Perancis, Rezlan Ishar Jenie, Chief Executive Officer (CEO)  Airbus, Fabrice Bregier, dan Presiden Perancis, Francois Hollande.

Dalam sambutannya Hollande mengatakan bahwa kesepakatan Lion Air dengan Airbus merupakan kerjasama bersejarah antara perusahaan besar Eropa dengan maskapai penerbangan utama Asia. Tak lupa, Hollande, juga Bregier, menyampaikan terima kasih. Lion Air dinilai ikut membantu perekonomian Perancis yang tengah dilanda krisis. Karena pemesanan itu, setidaknya mampu mengamankan 5000 pekerja selama 10 tahun ke depan.

Selain memecahkan rekor pemesanan Airbus, maskapai yang mengedepankan tagline “We Make People Fly” juga pernah memecahkan rekor pembelian 230 unit pesawat Boeing senilai 21,7 miliar dolar AS atau setara 195 triliun rupiah. Penandatangan kesepakatan dilakukan 18 November 2011 di Bali dengan disaksikan Presiden AS, Barack Obama di sela-sela kesibukan acara konferensi tingkat tinggi negara-negara kerjasama ekonomi Asia Pasifik (KTT-APEC).

Pemesanan terbesar Boeing sebelumnya juga dilakukan oleh Lion Air pada 2007 dengan 178 pesawat yang akan diselesaikan hingga tahun 2017. Dengan demikian, jika dijumlahkan, Lion Air telah membeli 408 pesawat Boeing yang akan dirampungkan hingga tahun 2025.

Hasil Reformasi

Menurut RK, kesuksesannya membangun maskapai Lion Air merupakan salah satu bukti dari keberhasilan gerakan reformasi yang memberikan iklim yang kondusif bagi siapa pun, tanpa kecuali, yang mau berusaha sungguh-sungguh. Maka kesediaannya memenuhi undangan Komite Konvensi, selain untuk menunjukkan bukti perubahan, juga untuk menunjukkan bukti keberhasilan gerakan reformasi.

Kebebasan berekspresi dan implementasi hak-hak asasi setiap warga negara sudah dijamin dalam konstitusi (UUD 1945 yang sudah diamandemen). Memang masih banyak agenda reformasi yang belum berhasil diwujudkan, tapi kita yakin, lambat laun semuanya bisa kita raih, meskipun mungkin tidak sampai pada batas yang maksimal.

“Ini bukan soal siapa yang menang atau kalah, tapi soal Indonesia yang sudah berubah, Indonesia yang sudah berhasil mereformasi diri,” demikian kata RK pada penulis.

Baginya, memenuhi undangan KomiteKonvensi bisa diartikan sebagai ungkapan terima kasih atas kepemimpinan Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputeri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Bahwa kemudian RK memutuskan mundur dari Konvensi tentu bukan karena meragukan perhelatan itu, tapi lebih karena dia merasa belum waktunya, masih banyak tokoh lain yang menurutnya lebih pantas.  Siapa pun yang memenangkan Konvensi akan ia dukung dengan sepenuh hati. Yang jelas, baginya dunia politik bukan hal asing, bahkan sangat menarik untuk dijalani, suatu saat dia akan menapakinya dengan kesiapan yang lebih prima.

Kesuksesannya memajukan Lion Air sehingga menjadi maskapai penerbangan terbesar di Asia Tenggara, tentu akan menjadi salah satu referensi yang mengesankan bagi publik saat RK menapaki dunia politik. [***]

Jeffrie Geovanie
Founder The Indonesian Institute

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ajukan Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:05

Prabowo Diminta Ambil Alih Perpol 10/2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:00

BNPB Kebut Penanganan Bencana di Pedalaman Aceh

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:32

Tren Mantan Pejabat Digugat Cerai

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:09

KPID DKI Dituntut Kontrol Mental dan Akhlak Penonton Televisi

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:01

Periksa Pohon Rawan Tumbang

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:40

Dua Oknum Polisi Pengeroyok Mata Elang Dipecat, Empat Demosi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:13

Andi Azwan Cs Diusir dalam Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:01

Walikota Jakbar Iin Mutmainnah Pernah Jadi SPG

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:31

Ini Tanggapan Direktur PT SRM soal 15 WN China Serang Prajurit TNI

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:09

Selengkapnya