Berita

ilustrasi, Penertiban Pedagang Stasiun Cikini

On The Spot

Kios Dibongkar, Pedagang Bikin Lapak Di Trotoar

Penertiban Stasiun Cikini
KAMIS, 29 AGUSTUS 2013 | 09:49 WIB

Kios-kios dan lapak di Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, telah dibersihkan dari para pedagang parsel dan bunga. Tak punya tempat jualan lagi, pedagang nekat membuka lapak di trotoar.

Sepuluh lapak tegak berdiri di trotoar tepat di depan Stasiun Cikini. Bertiang bambu, bagian atas lapak ditutupi terpal.  Lima lapak berukuran 2x3 meter sudah ditempati. Lapak-lapak itu penuh dengan kotak-kotak untuk membuat bingkisan.

Sejumlah orang terlihat tengah membangun lapak lainnya di bagian kanan trotoar di depan stasiun. Lapak itu juga bertiang bambu yang dirangkai dengan kawat.

Di lapak berukuran 2x4 meter, Suhaya bertahan berjualan parsel di trotoar depan Stasiun Cikini. Dua meter di belakangnya tampak kios-kios yang sudah dibongkar. Dulu di kios-kios itu pedagang parsel dan pembuat karangan bunga menjajakan dagangannya.

Di salah tiang lapaknya Suhaya memasang papan nama “Toko Mayas Rotan Sul-sel”.  Di papan nama itu juga diinformasikan menerima order pembuatan bingkisan hantaran pengantin, rangkaian uang, parsel buah dan makanan.

Lapak yang ditempati Suhaya tampak berantakan. Puluhan keranjang rotan berserakan. Kotak bingkisan ditumpuk di pinggir. “Saya menginap di sini tiap hari,” ujar perempuan paruh baya itu.

Kendati kena gusur, Suhaya bertahan berjualan parsel dan bingkisan di Stasiun Cikini. Sebab, usaha ini menjadi sumber utama ekonomi keluarganya.  Enam pegawai Suhaya juga mengandalkan penghasilan dari usaha ini. “Tadinya pegawai saya 12 orang. Nggak sanggup bayar, tinggal enam,” ungkap Suhaya.

Puluhan tahun menekuni pembuatan parsel dan bingkisan, Suhaya telah menjalin kemitraan dengan perajin rotan di Tangerang, Tasikmalaya, Cirebon dan Bali. “Kalau nggak jualan, bagaimana mereka?” katanya.

Walaupun tak memiliki kios lagi, Suhaya mengaku tetap banyak menerima order. Membuka usaha pembuatan parsel dan bingkisan di Stasiun Cikini sejak 1971, Suhaya cukup banyak memiliki pelanggan tetap.

Sekitar pukul 3 sore, taksi berhenti di depan lapak Suhaya. Ening turun dari taksi. Ia meminta sopir taksi menurunkan polybag yang ditaruh di bagasi.

“Putra kedua saya mau nikah. Saya mau minta dibuatkan seserahan,” ujar perempuan paruh baya itu.

Sambil memegang secarik kertas, dia memeriksa isi polybag yang diturunkan dari bagasi. “Waktu nikahan anak pertama juga pesan di sini. Saya sudah tiga tahun langganan,” ujar Ening.

Bakal mendapat order, wajah Suhaya sumringah. Ia pun menyambut Ening. Kedua perempuan berkerudung itu terlihat akrab berbincang mengenai pembuatan bingkisan untuk diserahkan pada acara pernikahan.

Sepuluh menit berlalu, Ening menuju taksi yang tadi mengantarkannya ke sini. Taksi itu parkir di area yang dipasang rambu larangan parkir.

Ening mengantongi kuitansi bukti pembayaran pembuatan bingkisan. Sebelum naik taksi, Ening menyampaikan simpatinya kepada Suhaya yang tak lagi memiliki kios berjualan. “Mudah-mudahan dapat tempat lagi ya bu,” kata Ening kepada Suhaya.

Berjualan di trotoar Jalan Raya Cikini, Suhaya khawatir keamanan bingkisan yang sudah dibuat. Ia memanggil Yusuf , pegawai yang sudah 10 tahun membantunya membuat bingkisan.

“Tolong ditaruh di mobil saja,” perintah Suhaya kepada Yusuf. Suhaya menunjuk bingkisan-bingkisan yang sudah jadi dan siap dikirim.

Suhaya mengakui tindakan membuka lapak di atas tak bisa dibenarkan. Sebab, dia tahu trotoar diperuntukkan bagi pejalan kaki. Makanya lapak yang dibangunnya hanya sementara. Ia berharap bisa mendapat tempat jualan baru yang tak jauh dari Stasiun Cikini.

“Kita tunggu Jokowi (Pemprov DKI Jakarta) kasih tempat, baru kita pindah,” kata perempuan asal Bogor, Jawa Barat itu.

Pemantauan Rakyat Merdeka para pedagang parsel dan bingkisan tidak menghiraukan plang setinggi dua meter yang  bertuliskan “Dilarang berjualan di trotoar sepanjang jalan ini”.

Trotoar sepanjang 35 meter di muka stasiun dipenuhi lapak-lapak pedagang parsel dan bingkisan. Para pejalan kaki pun perlu ekstra hati-hati menyusuri trotoar. Sebab, ruang bagi mereka jadi sempit. Di sebelah kiri trotoar, arus lalulintas di Jalan Cikini Raya tampak ramai.

Di belakang lapak-lapak yang dibangun pedagang, 34 kios dan 74 lapak yang telah dibongkar terlihat didiamkan. Pekan lalu, kios dan lapak ini dibongkar pihak PT Kereta Api Indonesia (PT KAI).

Puing-puing masih berserakan di area lantai dasar Stasiun Cikini.  Kios dan lapak yang dibongkar ditutupi pagar setinggi 1,5 meter.

Stasiun Cikini berlantai dua. Selama ini lantai bawah ditempat pedagang yang menjual parsel dan bingkisan. Lantai atas peron, tempat penumpang menunggu kereta. 

Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional I, Sukendar Mulya, mengatakan, pihaknya segera menertibkan pedagang yang berjualan di trotoar.  “Nggak boleh. Nakal juga ya, sudah diratakan muncul lagi,” katanya.

Menurut Sukendar, pembongkaran kios-kios pedagang di lantai dasar Stasiun Cikini ini demi kenyamanan penumpang kereta.  “PT KAI ingin menata turun naik penumpang. Peron mau dibuat nyaman,” ujarnya.

Untuk itu, kontrak kios tidak diperpanjang. Pedagang pun diminta untuk mengosongkan kios. Sukendar mengatakan, pihaknya telah memberi toleransi kepada para pedagang agar pindah sebelum bulan puasa lalu. Namun, pedagang tak juga pindah. Usai lebaran PT KAI pun melakukan pembongkaran paksa.

Kios Dibongkar, Omset Merosot

Jefri dan Yadi terlihat serius merangkai bunga di trotoar Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. Tanpa meja, tenda dan alas, dua pengrajin itu telah merangkai empat karangan bunga.

Rangkaian bunga dibuat bukan lantaran sudah dipesan. Namun untuk dipajang. “Biar kelihatan pedagang bunganya,” kata Yadi yang menggunakan topi hitam untuk meredam terik matahari.

Yadi mengaku sudah tiga tahun berjualan karangan bunga bersama Jefri. Tak punya kios lagi, dua sekawan itu membuat karangan bunga di lapak berukuran 2x2 meter di trotoar depan Stasiun Cikini.

Sembari menyiram bunga hasil rangkaian Yadi, Jefri khawatir omset akan menurun setelah kios dibongkar. “Sekarang tempat kita (berjualan) aja nggak jelas. Bagaimana mau dapat order,” keluh Jefri.

Sejak membuka lapak di trotoar, ungkap Jefri, dirinya hanya mendapat order pembuatan karangan bunga kecil-kecilan. Itu pun atas permintaan pelanggan tetapnya.

Setiap hari dia hanya bisa membawa pulang Rp 50 ribu dari merangkai bunga. “Drastis banget,” katanya.

Walaupun kiosnya dibongkar, Jefri dan Yadi tetap bertahan membuat karangan bunga di stasiun ini. Keduanya lalu membuat lapak di atas trotoar.

“Gotong royong, pedagang kompak mau jualan lagi di trotoar,” bisiknya.

Dari pantauan Rakyat Merdeka, tiga pemuda membahu mendirikan lapak dengan luas 2x3 meter. Pondasi berbahan bambu telah berdiri dan membentuk sebuah lapak. Rencananya, lapak itu diperuntukkan bagi Jefri dan Yadi.
 
“Iya buat tukang bunga,” ujar seorang pemuda yang sedang mendirikan lapak.
Ironis, tepat di sebelah lapak itu ada plang putih bertuliskan larangan berjualan di trotoar. Larangan itu mengacu kepada Perda DKI Nomor 8 Tahun 2007. Namun, larangan ini tak dihiraukan para pedagang.

Minta Pemprov DKI Relokasi Pedagang

Stasiun Cikini akan ditata. Area untuk penumpang diperluas. Sementara bekas kios pedagang parsel akan dijadikan kantor PT KAI dan beberapa anak perusahaannya.

“Mudah-mudahan awal tahun 2014, konsep perkantoran itu sudah terlihat,” kata Sukendar Mulya, Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional I.
Kamis pekan lalu, sebanyak 34 kios dan 74 lapak di lantai dasar Stasiun Cikini dibongkar 1.100 personel gabungan dari Satpol PP, Polri dan TNI.

Sukendar menegaskan, pembongkaran ini juga untuk steriliasasi stasiun dari para pedagang.  “Sekarang sudah bersih kan? Kita pagari dulu agar terlihat rapi dari luar,” katanya. Langkah ini juga akan dilakukan di semua stasiun.

Ia terkejut mengetahui pedagang nekat berjualan di trotoar di depan Stasiun Cikini setelah kios dibongkar. Pihaknya akan kembali menertibkan pedagang.

Sukendar menegaskan, tidak ada toleransi bagi pedagang mendirikan lapak sementara di trotoar depan Stasiun Cikini.

“Penghentian kontrak kios sudah kita umumkan sebelum puasa,” ujarnya.
PT KAI akan menggandeng Pemprov DKI Jakarta untuk mencari solusi bagi persoalan pedagang. Dia berharap, Pemprov DKI bisa mencarikan tempat baru untuk para pedagang.

“Sudah ditertibkan, muncul lagi, ini kan sudah menjadi masalah sosial. Jelas, di sini Pemprov DKI berkepentingan membantu,” terang Sukendar.

Gayung bersambut. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok siap membantu mencarikan tempat usaha baru pedagang.

Ahok menjelaskan, Pemprov DKI memiliki beberapa pasar untuk tempat relokasi. Namun, pedagang tak selalu mau dipindah ke tempat yang disediakan Pemprov DKI.
“Kadang-kadang pedagang menolak karena alasannya sepi,” kata Ahok.

Ahok mengaku pernah dihubungi temannya, seorang pengusaha yang memiliki rumah toko (ruko). Temannya bersedia rukonya dijadikan tempat relokasi pedagang parsel eks Stasiun Cikini. Pedagang bisa menyewa ruko dengan sistem pembayaran harian.  [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Anak Usaha Telkom Hadirkan DreadHaunt, Gim Bergenre Survival Horror

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:57

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

2 Jam 1 Meja

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:40

Dua Mantan Pegawai Waskita Karya Digarap Kejagung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:38

KPK Sita 7 Mobil dan Uang Rp1 Miliar usai Geledah 10 Rumah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:24

Bareskrim Bakal Bongkar Puluhan Artis dan Influencer Terlibat Promosi Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:42

Mudahkan Warga Urus Paspor, Imigration Lounge Kini Hadir di Mal Taman Anggrek

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:19

KPK Cekal 5 Tersangka Korupsi Pencairan Kredit Usaha Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:52

Polisi Tangkap Penyekap Bocah 12 Tahun Selama Seminggu di Kalideres

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:42

KPK Usut Dugaan Korupsi Pencairan Kredit Usaha BPR Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 22:52

Selengkapnya