Berita

denny ja/net

Denny JA Melanjutkan Polemik Sidang Isbat Hari Raya

SENIN, 12 AGUSTUS 2013 | 20:46 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA melanjutkan polemik tentang sidang isbat penentuan tanggal 1 Syawal yang dipimpin Menteri Agama.

Sebelumnya, ia mengatakan bahwa sidang isbat yang dibiayai uang pajak yang dibayar rakyat itu memperlihatkan kepada dunia internasional seolah-olah umat Muslim Indonesia bodoh. Semestinya di jaman serba canggih seperti sekarang, tanggal 1 Syawal dapat ditentukan jauh-jauh hari.

Atas pernyataannya ini, Denny JA menuai kecaman dari kalangan yang menganggap dirinya tidak memiliki kapasitas untuk mengomentari urusan menentukan 1 Syawal.

"Tak perlu kita menjadi ahli gizi atau menjadi juru masak untuk tahu lezat atau tidaknya makanan. Tak perlu kita menjadi ahli dulu untuk tahu tak masuk akalnya sebuah kebijakan," ujar Denny JA melalui kultiwtnya hari ini (Senin, 12/8).

Walau disebut bukan ahli tetapi masyarakat memiliki hal dan kemampuan menilai apakah kebijakan pemerintah atau elit agama masuk akal atau tidak. Masyarakat sipil berhak menilai kebijakan yang dianggap tidak masuk akal.

"Karena dunia bukan hanya milik para ahli," ujar Denny JA lagi.

"Tak masuk akal di era science, di H-1 sebelum magrib, kita masih tak pasti apakah besok lebaran," kata pria kelahiran Palembang tahun 1963 ini.

Dia membandingkan dengan gerhana bulan yang dapat diprediksi 10 tahun sebelum kejadian.

Masyarakat luas, maih menurut Denny JA, pada dasarnya menunggu kepastian dari kaum ulama dan kaum cendekia untuk berijtihad mencari kepastian tentang waktu Lebaran. Sehingga tak perlu menunggu sidan isbat maghrib di H-1.

"Jika semua pihak berpikir jernih dan cerdas, di era science, Insya Allah kita sudah (mengetahui) pasti waktu Lebaran sejak 1 Januari," kata dia lagi.


"Setelah parameternya disepakati sesuai hukum agama, hari Lebaran itu wilayah science yang bisa diprediksi jauh hari," demikian Denny JA. [guh]

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

KSST Yakin KPK Tindaklanjuti Laporan Dugaan Korupsi Libatkan Jampidsus

Jumat, 24 Januari 2025 | 13:47

UPDATE

HUT Ke-17 Partai Gerindra, Hergun: Momentum Refleksi dan Meneguhkan Semangat Berjuang Tiada Akhir

Senin, 03 Februari 2025 | 11:35

Rupiah hingga Mata Uang Asing Kompak ke Zona Merah, Trump Effect?

Senin, 03 Februari 2025 | 11:16

Kuba Kecam Langkah AS Perketat Blokade Ekonomi

Senin, 03 Februari 2025 | 11:07

Patwal Pejabat Bikin Gerah, Publik Desak Regulasi Diubah

Senin, 03 Februari 2025 | 10:58

Kebijakan Bahlil Larang Pengecer Jual Gas Melon Susahkan Konsumen dan Matikan UKM

Senin, 03 Februari 2025 | 10:44

Tentang Virus HMPV, Apa yang Disembunyikan Tiongkok dari WHO

Senin, 03 Februari 2025 | 10:42

Putus Rantai Penyebaran PMK, Seluruh Pasar Hewan di Rembang Ditutup Sementara

Senin, 03 Februari 2025 | 10:33

Harga Emas Antam Merosot, Satu Gram Jadi Segini

Senin, 03 Februari 2025 | 09:58

Santorini Yunani Diguncang 200 Gempa, Penduduk Diminta Jauhi Perairan

Senin, 03 Februari 2025 | 09:41

Kapolrestabes Semarang Bakal Proses Hukum Seorang Warga dan Dua Anggota Bila Terbukti Memeras

Senin, 03 Februari 2025 | 09:39

Selengkapnya