Berita

ilustrasi, uang receh

On The Spot

Tak Ladeni Pembeli Di Dalam Mobil Menyala

Nengok Penjaja Uang Receh Jalanan
MINGGU, 28 JULI 2013 | 09:37 WIB

Sejak awal Ramadhan, orang-orang  yang menjajakan uang receh terlihat di sepanjang Jalan Raya Cakung Kilometer 23, Jakarta Timur. Puluhan pria dan wanita menyediakan bangku plastik kecil di pinggir jalan, di atas trotoar jalan menunggu orang menukar receh.

Bundelan uang baru rupiah pecahan dua ribuan, lima ribu, sepuluh ribu dan dua puluh yang masih tersegel, ditumpuk di atas kursi. Ada juga yang memegang gepokan uang, sembari sesekali menawarkan kepada orang-orang yang lalu lalang.

Dari penukaran receh ini, para “penjual uang” ini akan memperoleh keuntungan dari selisih nilai uang dengan harga jualnya. “Dari seratus ribu, bisa memperoleh imbalan sekitar dua ribu rupiah hingga lima ribu rupiah,” ujar Juntak, salah seorang penjual uang receh.

Model transaksinya saling tawar menawar harga. Penjual uang receh mengajukan nilai. Calon pembeli bisa menawarnya. Jika keduanya sepakat, gepokan uang bisa berpindah tangan. “Ya tawar menawar juga,” ujarnya.

 Sejak hari pertama puasa, Juntak dan isterinya sudah menjajakan uang di lokasi ini. Selain mereka, juga ada puluhan ibu-ibu dan pria lainnya yang melakukan hal yang sama.

Sudah dua minggu ini, Juntak dan rekan-rekannya menjajakan uang receh. Mereka biasanya akan menjajakan sampai hari kedua Lebaran.

“Setiap hari dimulai antara jam sembilan pagi hingga jam lima sore. Kadang bisa sampai malam kalau memang agak ramai yang mau nukar uang,” ujar pria yang mengaku sudah untuk sembilan tahun menjajakan uang receh.

Mendekati Lebaran, Juntak merasakan penghasilan tahun ini dari menjajakan uang receh menurun. Tahun-tahun sebelumnya, dia bisa mengantongi keuntungan yang lumayan. Tapi kali ini dengan kondisi harga sembako yang naik tinggi dan anak-anak sekolah yang memulai tahun ajaran baru yang dekat dengan Lebaran, turut mempengaruhi omsetnya.

“Sepi. Padahal tahun lalu masih lumayanlah. Kalau sudah masuk minggu kedua begini, biasanya akan semakin ramai orang menukarkan uang. Entahlah mengapa agak sepi kali ini, apa karena kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) tempo hari turut mempengaruhinya?” jelasnya.

 Sebelum menjajakan uang receh, pria berusia 33 tahun ini menjaga warung sembako miliknya di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Juntak belum genap dua tahun menikah, dan sudah dikaruniai bayi yang kini berusia enam bulan.

Demi menjajakan uang, Juntak dan isterinya rela meninggalkan bayinya diasuh sang ibunya hingga pasangan ini pulang pada sore hari. “Sementara, selama bulan puasa ini, warung sembako, diminta tolong dijagain sama saudara,” ujarnya.

Penghasilan Juntak dari menukarkan uang receh per hari berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. “Itu sepi-sepinya saja. Dan masih penghasilan kotor, belum dipotong untuk uang makan dan ongkos,” ujarnya.

Dalam menjalankan bisnis jasa penukaran uang ini, Juntak memastikan, dia dan teman-temannya menawarkan penukaran uang dengan cara yang sopan.

“Tidak ada pemaksaan, tidak membuat orang yang lalu-lalang merasa tak nyaman. Ya kalau memang orang itu butuh, pasti berhenti, minggir dan turun lalu akan saling bertanya dan saling negosiasi,” jelas dia.

 Para penjaja uang receh ini pun, lanjut Juntak, tidak akan mau meladeni orang yang masih berada di dalam mobil atau motor yang mesinnya masih menyala. Ini untuk menghindari menghindari uang dibawa kabur.

“Kalau sudah deal pun proses pertukaran, yang menukarkan uang itu harus menghitung di tempat jumlah uang itu. Jangan sampai nanti mereka jalan dan balik lagi dengan alasan kuranglah atau apalah. Makanya harus jelas di lokasi saja dihitung,” ujarnya.

Selama sembilan puasa Ramadhan menjajakan uang receh, dia belum pernah dicurangi pembelinya. Juga belum pernah dibayar dengan uang palsu.

“Ya kami terawang dan raba uangnya. Jika palsu ya tak diladeni. Syukurlah, kejadian seperti itu belum pernah ada. Belum pernah kejadian ke kami adanya uang palsu,” ujarnya.

Sepanjang Jalan Raya Cakung Kilometer 23 ini menjadi salah satu jalur favorit para penjaja uang receh untuk menawarkan jasanya. Menurut mereka, lokasi ini ramai dilalui kendaraan, bahkan kerap macet, karena salah satu jalur utama menuju Bekasi.

Pertimbangan lainnya, kawasan ini cukup ramai, banyak kantor pemerintahan dan perumahan. Juga tak jauh dari Polsek Cakung. “Jadi lebih aman dan tenang,” kata Juntak.

 Dia pun mengambil lokasi sepanjang jalan raya Cakung itu dikarenakan dia pernah tinggal lama di daerah ini. Selain itu, dia juga sudah akrab dengan para petugas kepolisian di Polsek Cakung. “Kenal semua, jadi ya untuk keamanan beraktivitas ada. Lagi pula kegiatan ini tak merugikan orang, dan tak menimbulkan kemacetan, cuma mau menambah penghasilan setiap lebaran saja,” ujarnya.

“Pernah juga sekali, ada petugas Satpol PP datang hendak mengusir. Bangku-bangku plastik diangkutin. Kata mereka mengganggu ketertiban umum, ya tapi cuma sekali itu. Setelahnya ya nggak ada lagi. Lagi pula tak ada gangguan ketertiban umum bila hanya dengan kursi plastik ditaruh di trotoar dekat pohon-pohon ini kan,” katanya.

BI Siapkan Uang Receh Rp 103 T


Menjelang Lebaran, masyarakat biasanya berbondong-bondong menukar pecahan rupiah baru. Mengingat tradisi ini kerap dilakukan dalam nominal besar, Bank Indonesia (BI) menggandeng sejumlah untuk menukar uang pecahan kecil (UPK).

Program ini berlangsung sejak 13 Juli 2013 hingga nanti sepekan menjelang Hari Raya Idul Fitri, yakni tanggal 2 Agustus. Ada 11 bank nasional dan daerah yang berpartisipasi dalam program ini yaitu BRI, BTN, DKI, BJB, BCA, Bank Permata, CIMB Niaga, BII, BNI, Bank Mega, dan Bank Mandiri.

Hingga akhir pekan lalu, jumlah penukaran uang di area Monas yang telah dikeluarkan mencapai Rp 9,47 miliar. BI memproyeksikan hingga akhir periode program ini, akan terjadi penukaran UPK sejumlah Rp 58,4 miliar dengan jumlah penukar mencapai 4.600 orang di area Monas saja.

“Kami sudah menyiapkan UPK dalam jumlah yang sangat cukup. Kami berharap masyarakat menukarkan uangnya di tempat-tempat penukaran resmi seperti ini,” kata Lambok A. Siahaan, Direktur Perizinan dan Informasi Perbankan Bank Indonesia.

Selain di area parkir IRTI Monas, masyarakat Jakarta dimudahkan dengan 60 titik penukaran UPK lainnya yang tersebar di pusat-pusat perbelanjaan dan pusat keramaian, seperti Tanah Abang dan Mangga Dua.

BI memperkirakan bahwa lonjakan jumlah penukar UPK akan terjadi di H-2 minggu menjelang Lebaran.

Tahun ini, BI menyiapkan penukaran uang sebanyak Rp 103,1 triliun atau meningkat 20,30 persen dari tahun sebelumnya. Hingga pekan lalu, penukaran UPK secara nasional telah mencapai Rp 13 triliun.

Uang Pecahan 10 Ribu Paling Banyak Ditukarkan


Bank Indonesia mencatat, kegiatan penukaran uang pecahan kecil (UPK) di Monas, Jakarta, dalam sepekan terakhir telah menembus Rp 9,47 miliar. Bank sentral memperkirakan, hingga 2 Agustus, penukaran uang di Monas saja bakal mencapai Rp 58,4 miliar.

“Dua minggu terakhir biasanya jumlah penukar bertambah banyak,” kata Direktur Pengedaran Uang BI Lambok A Siahaan.

Jumlah penukaran uang Rp 9,47 miliar tersebut terdiri atas Rp 2,2 miliar untuk penukaran UPK di loket BI dengan jumlah penukar 630 orang dan Rp 7,18 miliar untuk penukaran UPK di 11 bank umum dengan jumlah penukar 4.600 orang.

Sebelas bank umum tersebut, antara lain BNI, Mandiri, BRI, BTN, Bank DKI, BJB, BCA, Bank Permata, CIMB Niaga, BII, dan Bank Mega.

Dari data rekapitulasi kegiatan penukaran uang tersebut, uang pecahan Rp 10 ribu paling banyak ditukar masyarakat.  Sebanyak Rp 3 miliar uang Rp 10 ribu ditukarkan masyarakat hanya dalam waktu 5 hari. Sedangkan, pecahan lain yang ditukar yakni Rp 20 ribu sebanyak Rp 2,6 miliar, uang pecahan Rp 5 ribu sebanyak Rp 2,7 miliar, dan Rp 2 ribu sebanyak Rp 1,1 miliar.

Tidak hanya uang kertas yang ludes ditukar, masih banyak masyarakat yang menukar uang logam. Uang logam Rp 1.000 cukup dinikmati para penukar uang di Monas ini.
Dalam waktu 5 hari, uang logam Rp 1.000 tercatat ditukar sebanyak Rp 44,81 juta.
Sedangkan uang logam Rp 500 laku hingga Rp 16,53 juta, Rp 200 masih ditukarkan sebanyak Rp 5,31 juta. Bahkan, uang logam Rp 100 tercatat ditukar sebanyak Rp 2,21 juta.

Lambok mengharapkan masyarakat dapat memanfaatkan sejumlah lokasi penukaran UPK yang telah disediakan oleh BI dan bank-bank umum untuk meminimalisasi risiko kerugian masyarakat.

Pedagang Dapat Receh Dari Loket Bank Di Monas

Juntak menjadi penjaja uang receh setiap menjelang Lebaran ini. Usaha ini dia lakoni sejak sembilan tahun lalu.

Awalnya, dia diajak temannya untuk pulang kampung untuk merayakan Lebaran. Di perjalanan, dia menyaksikan banyak orang yang menjajakan uang receh. Dan, pemudik berebutan menukarkan uang.

“Nah, dari situ awalnya, kawan saya mengajak saya juga menukarkan uang pecahan kecil. Sejak itu ya tiap tahun saya melakukan aktivitas ini setiap lebaran,” ujarnya sembari merapikan tumpukan uang pecahan dua ribuan yang disusun di atas kursi plastik.

Juntak mengaku mendapatkan receh dari tempat penukaran uang yang dibuka di Monas. “Di sana ada beberapa counter bank yang siap melayani penukaran uang. Ya kami menukarkannya ke sana. Kan setiap tahun begitu, sudah saling kenal juga. Tetapi dijatah, sehari itu maksimal hanya bisa menukarkan 1.700.000 saja,” ujarnya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, menurut Juntak, mendekati lebaran akan semakin bertambah juga orang-orang yang menjajakan penukaran uang pecahan. “Nanti dari Bekasi sana sampai Pulogadung akan ramai menukarkan uang. Tahun-tahun lalu sih begitu,” kata dia.

 Dalam berjualan uang ini, jika lagi mujur, bisa juga Juntak menjual uangnya hingga angka 10 juta rupiah. “Ya itu bukan uang saya, kan minjam dari bos-bos juga, ya patungan-patungan. Jika sedang ramai sih ya lumayanlah,” ujarnya.

 Dia berharap, dengan sisa waktu yang masih ada seminggu lebih sampai hari lebaran, para pemudik ataupun orang-orang akan datang berbondong-bondong menukarkan uang.

“Ya negosiasilah, harga untuk menukarkan seratus ribu berapa, untuk satu juta berapa dan seterusnya. Ya tergantung si penukar juga sepakatnya berapa,” jelas Juntak.

Dari pengalaman tahun-tahun lalu, jika sedang ramai jumlah penukaran uang bisa mencapai Rp 5 juta. “Kalau sepi ya paling hanya sejuta,” ujarnya.

Penukaran Uang Receh Mobil Kas Keliling BI Datangi Kantor-kantor

Bank Indonesia (BI) hari ini melayani penukaran uang recehan keliling di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di hari pertama ini, BI menyiapkan dana sebesar Rp 750 juta.

“Ini hari pertama. BI menyiapkan uang Rp 750 juta,” kata Irham, Bagian Pengamanan Kas Keliling OJK saat ditemui di halaman kantor OJK, Jakarta, Kamis lalu.

Dia mengatakan, kas keliling ini khusus diperuntukkan bagi para pegawai OJK yang mau menukarkan uang recehan untuk kebutuhan lebaran.

“Ini khusus untuk karyawan OJK. Kita sediakan Rp 750 juta, permintaan OJK sih Rp 900 juta,” ujarnya.

Irham menyebutkan, kas keliling ini menyediakan uang pecahan Rp 20 ribu-an, Rp 10 ribu-an, dan Rp 5 ribu-an.

“Awalnya per orangan Rp 3,7 juta penukaran tapi diubah jadi per direktorat,” katanya.
Para pegawai OJK sendiri merasa senang dengan adanya jasa penukaran uang receh keliling yang difasilitasi BI di kantor halaman OJK.

Misalnya Wiwi. Pegawai OJK Bagian Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM) mengaku, hadirnya kas keliling khusus untuk pegawai OJK ini sangat membantu dan memudahkan dalam menukarkan uang receh untuk kebutuhan lebaran.

“Senang ada di depan kantor OJK. Saya pribadi ini lebih memudahkan ya jadi nggak jauh-jauh ke tempat lain lebih enak,” kata Wiwi.

Selain memudahkan, kata dia, layanan langsung ke kantor OJK ini meningkatkan keamanan. “Tingkat kemanan lebih aman ya, bisa diminimalisir risikonya, kalau di luar kan risiko berat bawa-bawa uang kas banyak,” ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan Ramdlan. Pegawai OJK Bagian Keuangan ini mengatakan, adanya layanan penukaran uang keliling langsung di kantor OJK membuat praktis dalam penukaran uang receh untuk kebutuhan lebaran.

“Senang banget dibantu, penukaran nggak usah repot-repot. Penukarannya juga kolektif per direktorat,” kata Ramdlan. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Anak Usaha Telkom Hadirkan DreadHaunt, Gim Bergenre Survival Horror

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:57

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

2 Jam 1 Meja

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:40

Dua Mantan Pegawai Waskita Karya Digarap Kejagung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:38

KPK Sita 7 Mobil dan Uang Rp1 Miliar usai Geledah 10 Rumah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:24

Bareskrim Bakal Bongkar Puluhan Artis dan Influencer Terlibat Promosi Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:42

Mudahkan Warga Urus Paspor, Imigration Lounge Kini Hadir di Mal Taman Anggrek

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:19

KPK Cekal 5 Tersangka Korupsi Pencairan Kredit Usaha Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:52

Polisi Tangkap Penyekap Bocah 12 Tahun Selama Seminggu di Kalideres

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:42

KPK Usut Dugaan Korupsi Pencairan Kredit Usaha BPR Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 22:52

Selengkapnya