kami memang tak mampu
melihat bentuk
menatap langit
memandang gunung
melirik laut
seisi dunia…
sebab kami buta mata
gelap
hening
buram
kamu bisa melihat
segala jagad raya
warna hitam
putih maupun merah
menyaksikan gulungan ombak
melihat butiran embun
batik indah
bentuk sepatu
bahkan gambar pada lembarang uang
kami memang buta mata
gelap kami ciptakan menjadi menyala
benderang indah karena kuasa iman
bertaburan pada sekujur tubuh
tatkala semangat berkobar berulang-ulang
melengkapi hidup dengan riang
kami senantiasa berkarya
dengan hati
dengan penuh kasih
dan tekad selalu mandiri
jujur…
tanpa sebutirpun niat korupsi
serta hal hina lain yang Tuhan tak sukai…
Kamu tak buta mata
tapi kamu buta hati
melihat bagai tak melihat
kejujuran menjadi gelap
dibutakan oleh nafsu
emosi
harta meruah
tanpa harus mengerti lagi
meski dengan cara korupsi
kami tak tahu seperti apa
rumah mewah luas merona
namun dirubungi prasangka si empunya pencuri
dari uang catutan hak rakyat rumah dibeli…
emas dibeli
mobil dibeli
aaaah… seperti apa ujud segala materi…
kami tak kuasa melihat hari demi hari
buta mata menciptakan dunia lain tiada terperi…
kamu hai si buta hati
tak pernah terbuka untuk mawas diri
kesalahan besar tak ingin diakui
bahkan begitu besar congkak berpeti-peti
karena yang salah dibenarkan
yang benar disalahkan…
lalu datang berbondong-bondong kamu si buta hati
yang lain lagi
bandit-bandit pemberi semangat
bagi bandit lain yang nyata-nyata memang pencuri
hatimu musnah tak bersisa sama sekali…
padahal Tuhan melimpahkan anugerah mata bagimu
untuk seksama melihat seluruh kejadian bumi
kami buta mata
tak melihat
tapi kami mampu meraba
merasakan angin berbisik
penuh pepatah kejujuran
bahwa hidup hanya sekali
harta mudharat sungguh tiada bermakna
apalagi dalam keadaan manusia sekarat
maka kami tetap berada di sini
dalam gelap yang begitu indah
jauh dari kata pencuri
jauh dari cerita jeruji besi
terima kasih Tuhan…
Engkau berikan berkah sejati
kami buta mata
tapi tak seperti kamu hai si buta hati…
manusia tak berderajat sampai mati nanti…
[***]Puisi karya Linda Djalil ini dibacakan sang penyair dalam buka puasa di kediaman ekonom senior DR. Rizal Ramli di Jalan Bangka IX, Jakarta Selatan, Kamis malam (18/7).