DJOKO Suyanto bukan kader Demokrat. Tapi kedekatannya dengan Demokrat dan SBY tidak perlu dipertanyakan. Dia salah satu orang dekat SBY. Dalam beberapa kali acara partai, Djoko diundang menjadi pembicara.
Makanya, saat Demokrat akan menggelar konvensi, sangat mungkin Djoko menjadi salah satu tokoh yang diundang. Selain memiliki kedekatan, Djoko juga termasuk figur yang pas jadi capres. Orangnya tegas, responsif dan kepemimpinan teruji. Sebagai Menko Polhukam dan bekas Panglima TNI. Aneh kalau masih ada yang meragukan kepemimpinannya.
Dibandingkan dengan nama-nama lain yang lebih dulu disebut dalam konvensi, seperti Marzuki Alie, Gita Wirjawan, dan Irman Gusman, Djoko jelas lebih berkualitas. Dia punya karakter. Kelebihan lainnya, dia tidak terlihat ngotot dan ngarep seperti tokoh lainnya, meski nama dia lebih lama disebut-sebut sebagai salah satu kandidat capres. Djoko tidak terlihat kegeeran atau grasak-grusuk cari popularitas.
Dibandingkan Pramono Edhie Wibowo, Djoko Suyanto juga lebih bagus. Kelebihannya jelas, Djoko pernah menjadi panglima TNI, sebuah jabatan tertinggi di tentara. Sekarang dia memegang jabatan publik yang penting, yaitu Menko Polhukam. Sementara Pramono belum pernah mencapai posisi setinggi itu. Dia tidak sempat jadi panglima. Jabatan tertingginya Kasad. Sekarang, Pramono juga tidak memegang jabatan apa-apa. Kelebihannya dari Djoko hanya sisi keluarga. Pramono adalah adiknya Ani Yudhyono.
Soal track record kepemimpinan nasional, Djoko juga cukup baik. Dia cepat bersikap kalau terjadi polemik atau kasus di tengah masyarakat. Beberapa contoh seperti kasus kerusuhan di Sampang, Cikeusik, Papua, dan terakhir di Lapas Tanjung Gusta, Medan. Terlepas orang menilainya bagus atau tidak, tapi dia sudah bertindak cepat dan responsif.
Karena itu, lebih realisitis kalau Demokrat mendorongnya sebagai jagoan di 2014 ketimbang figur-figur yang sudah ada sekarang. Memolesnya akan lebih gampang.
Soal peluang, saya melihat Djoko punya potensi besar menjadi penantang kuat di pilpres nanti. Kalau konvensi digelar dengan murni dan fair, dia punya peluang besar untuk menang. Tapi kalau konvensi ini sudah diatur, Djoko pasti tersingkir.
SBY memang sudah menegaskan konvensi ini murni. Tidak ada manipulasi dan bukan akal-akalan. Tapi, tidak semua percaya. Ada yang menduga, konvensi ini hanya untuk menaikkan citra, sementara pemenangnya sudah diseting yaitu Pramono Edhie. Kalau benar, ini sangat berisiko. Demokrat bisa tambah hancur. Lebih tragis lagi, kalau Pramono Edhie nekat dipasangkan dengan Hatta Rajasa. Dua-duanya keluarga SBY.
Tapi, kalau SBY mendorong Djoko, akan lebih aman. Kalaupun disandingkan dengan Hatta, unsur kekeluargaannya tidak begitu terlihat. [***]
Penulis adalah Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle
Populer
Senin, 27 Januari 2025 | 02:16
Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03
Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05
Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14
Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21
Senin, 27 Januari 2025 | 14:00
Jumat, 24 Januari 2025 | 13:47
UPDATE
Senin, 03 Februari 2025 | 11:35
Senin, 03 Februari 2025 | 11:16
Senin, 03 Februari 2025 | 11:07
Senin, 03 Februari 2025 | 10:58
Senin, 03 Februari 2025 | 10:44
Senin, 03 Februari 2025 | 10:42
Senin, 03 Februari 2025 | 10:33
Senin, 03 Februari 2025 | 09:58
Senin, 03 Februari 2025 | 09:41
Senin, 03 Februari 2025 | 09:39