Berita

foto: net

Politik

Pembiaran Atas Meroketnya Harga Bahan Pokok Demi Pembagian Rente

KAMIS, 11 JULI 2013 | 13:23 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Titik lemah pemerintah dalam menjaga harga bahan pokok jelang hari raya besar terlihat menyeluruh. Kelalaian terutama di bidang koordinasi antar lembaga yang berbelit-belit, manajemen yang lemah, tidak berdaya mencegah permainan kartel dan spekulasi di sisi penawaran, serta minimnya pembangunan infrastruktur.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah muncul pandangan kolektif yang permisif bahwa kenaikan harga bahan pokok tiap tahun jelang hari besar keagamaan, misalnya Lebaran dan Natal, adalah kewajaran. Kenaikan itu dianggap normal bahkan ketika suplai komoditas tidak alami persoalan.

"Pandangan yang salah ini ada di kalangan pedagang. Jelang lebaran atau natal, inilah saatnya mengeruk uang, keuntungan besar. Sikap masyarakat ini salah, psikologi kolektif yang katakan inilah pesta pora untuk mengeruk keuntungan," terang anggota Komisi VI DPR, Hendrawan Supratikno, kepada Rakyat Merdeka Online, Kamis (11/7).


Politisi PDI Perjuangan ini memandang, psikologi kolektif yang salah itu bisa terjadi karena kegagalan pemerintah tiap tahunnya mengawal harga-harga. Tidak salah bila ada dugaan bahwa pemerintah dan kartel melakukan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

"Dugaan itu masuk akal karena yang tahu persis informasi ketersediaan barang di pasar pasti pengusaha besar. Mereka yang bertahun-tahun mengeruk untung. Konspirasi atau kongkalikong membuat harga naik, menimbulkan untung berlebih. Inilah pembagian rente antara pemerintah dan kartel," terangnya.

Ada banyak faktor lain yang jadi masalah, seperti infrastruktur angkutan kurang memadai, kegagalan panen, permintaan yang naik, tetapi itu semua terkesan dibiarkan pemerintah. Kadang ada antisipasi yang dilakukan, tapi selalu mendadak dan terlambat.

"Kan masalahnya, kalau semua masalah itu cepat selesai, ya cepat juga selesai proyeknya. Masalah ini dipelihara demi kesinambungan pembagian rente," tegasnya.

Koordinasi berbelit antara lembaga-lembaga pemerintah juga seperti disengaja. Sudah bertahun-tahun DPR meminta peredaran sembako ditangani satu lembaga dengan kewenangan besar dan perizinan impor di bawah satu atap.

"Kalau koordinasi lemah selalu jadi alasan, terus kenapa semua solusi di atas itu tidak dilaksanakan segera? Koordinasi berbelit ini juga dibiarkan agar masalah berlarut-larut," tegasnya. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya