Berita

ilustrasi, cabe

Bisnis

Tembus Rp 70 Ribu/Kg Di Bulan Puasa, Harga Cabe Makin Pedas

Produksi Mencukupi, Wamentan Malah Mau Impor
SELASA, 09 JULI 2013 | 09:57 WIB

Para pedagang makanan mengeluhkan kenaikan harga cabe yang tembus hingga Rp 50 ribu-80 ribu per kilogram (kg).  Pemerintah bilang wajar.

Sofyan (33), pedagang makanan di Kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, mengaku kaget dengan terus naiknya harga cabe. Menurut dia, saat ini harga cabe di Pasar Ciputat  tembus Rp 40-50 ribu per kg. Alhasil, dia harus mengurangi jumlah cabe di makanan yang dia jual.

“Banyak pembeli yang mengeluhkan karena ketopraknya tidak pedas lagi. Saya memang menguranginya untuk menghemat cabe karena mahal,” kata Sofyan saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.


Namun, kata dia, hingga kini pihaknya belum berencana untuk menaikan harga jual ketopraknya dari Rp 7.000 per porsi.

Dia juga mengungkapkan, di pasar ada yang menawarkan cabe yang sudah busuk dengan harga Rp 10-15 ribuan per kg.

Untuk itu, dia meminta pemerintah bisa mengembalikan harga cabe. “Kami bisa rugi, jika semua harga naik. Harga cabe sekarang makin pedes mas,” sindirnya.

Retno (40), pedagang pecel di pasar Ciputat juga mengeluhkan hal sama. Sejak harga cabe naik, dia mengurangi jumlah cabe untuk bumbu pecalnya.

“Rasanya jadi kurang greget gitu. Banyak pembeli yang mengeluh,” katanya.
Harga cabe di pasar Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, juga terus mengalami lonjakan. Saat ini harganya mencapai Rp 40 ribu per kg dari harga Rp 15 ribu kg.
 
“Harga cabe diperkirakan terus naik hingga menjelang Lebaran,” ujar Ifa (30), pedagang cabe di Pasar Bendungan Hilir.

Dia menduga, terkereknya harga cabe dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM, tersendatnya proses distribusi barang serta kurang tanggapnya pemerintah dalam menstabilkan harga komoditas pangan.

Kenaikan harga cabe paling tinggi terjadi di Pasar Bekasi, Jawa Barat. Di sana, harganya tembus  Rp 70 ribu per kg.

“Yang paling mahal untuk kelompok bumbu-bumbu itu cabe rawit merah, itu sekilonya bisa Rp 70 ribu per kg. Beda jauh dengan cabe merah keriting hanya Rp 35 ribu per kg,” ujarnya pedagang cabe di pasar Bekasi Endang.

Gejolak Harga Dapat Dicegah

Peneliti Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB) M Syukur mengatakan, produksi cabe Indonesia masih mencukupi.

“Kebutuhan cabe di Indonesia 1,12 juta ton per tahun, sedangkan produksi cabe 1,3-1,9 juta ton per tahun. Secara total produksi dan permintaan itu mencukupi,” cetusnya.

Dia mengatakan, Indonesia berada pada posisi keempat di dunia sebagai produsen cabe dengan jumlah produksi 1,3 juta ton per tahun. Posisi ini menempatkan Indonesia setingkat lebih tinggi dari India yang hanya memproduksi 1.227.800 ton dan Amerika Serikat 918.120 ton.

Menurut Syukur, bergejolaknya harga cabe yang terjadi setiap tahun di Indonesia, tidak lepas dari faktor produksi dan permintaan. Beberapa hal yang mempengaruhi produksi dan permintaan tersebut adalah pola konsumsi, produksi, distribusi dan kebijakan pemerintah.

Terkait gejolak cabe yang terjadi setiap tahun, kata Syukur, hal itu sudah menjadi siklus dari produk hortikultura bahwa setiap periode Desember-April terjadi kenaikan harga karena jumlah produksi yang berkurang.

“Jika pemerintah memahami siklus tersebut dan melakukan antisipasi sesuai dengan ritme produk hortikultura, maka gejolak cabe dapat dicegah,” katanya.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengatakan, pihaknya akan membuka keran impor cabe  untuk mengendalikan harga cabe selama puasa dan Lebaran.

“Impor cabe bukan untuk mematikan petani, tetapi (antisipasi) harga mahal,” katanya.
Rusman menyatakan, dalam Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) semester dua 2013, cabe merupakan salah satu komoditas yang dimasukkan di dalamnya.

“Kenaikan harga cabe saat puasa dan Lebaran sepertinya sudah menjadi siklus tahunan meskipun pemerintah sudah menyiapkan suplai di pasaran,” kata Rusman.

Pemerintah, tambah Rusman, dapat memahami pedagang maupun produsen menaikkan harga cabe selama puasa dan Lebaran asalkan masih dalam taraf yang wajar. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya