Berita

foto: net

Politik

Lonjakan Harga Akibat Persekongkolan Pemerintah dan Kartel

SABTU, 06 JULI 2013 | 15:47 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Lonjakan harga yang terjadi pada daging sapi, bawang, gula, kedelai, dan bahan pangan lain setelah kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dan jelang bulan Ramadhan disebabkan terjadinya kongkalikong antara penguasa korup dan kartel importir.

Sebenarnya, lonjakan harga sejumlah bahan pangan itu sebetulnya bisa diselesaikan hanya dalam tempo dua pekan. Syaratnya, pemerintah harus mengurus negara dengan hati dan dengan garis keberpihakan kepada rakyat yang kuat. Tapi kenyataannya adalah kebalikannya. Pengelola negara terjebak oleh kelompok kepentingan, sehingga tidak berani mengambil kebijakan terobosan yang menguntungkan rakyat.

Itulah sekelumit pokok pikiran dari ekonomi senior Indonesia, Rizal Ramli, mengenai semakin tingginya harga bahan pokok yang menekan ekonomi sehari-hari rakyat. Menurut dia, bila kepentingan kelompok tertentu tetap dikedepankan pemerintah, maka negara akan masuk lingkaran tiada ujung yang merugikan rakyat.  


Dalam sebuah dialog kemarin malam, yang bertema "Gus Dur dan Ekonomi Rakyat", di Wahid Institute, Jakarta, mantan Menko Perekonomian ini menegaskan, salah satu contoh persekongkolan busuk pemerintah dengan kartel adalah sistem kuota impor daging.

Sistem kartel menyebabkan harga gula pasir, daging sapi, kedelai dan komoditi pangan lainnya di Indonesia nyaris dua kali lebih mahal dibandingkan harga internasional. Para pemain kartel itu menggunakan sebagian keuntungannya yang sangat besar itu untuk menyogok para pejabat dan membiayai partai-partai korup.

"Ini semua terjadi karena pejabat tidak mengurus negara berdasarkan keberpihakan kepada rakyat. Mereka telah buta mata hatinya," papar Rizal.

Lebih lanjut, capres alternatif ini menegaskan, ada hubungan sangat kuat antara keberpihakan dan ideologi. Keberpihakan almarhum Gus Dur yang sangat kuat terhadap rakyat adalah refleksi ideologis Gus Dur yang kerakyatan dan cinta keadilan.

Dia tegaskan, jumlah orang mau mendobrak sistem korup itu memang kalah jauh dibandingkan dengan orang-orang yang hanya berorientasi pada pragmatisme, harta dan kekuasaan. Namun, jika hati orang-orang itu sudah menyatu (conspiration of the hearts), pasti perubahan akan terjadi untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik dan rakyat akan lebih sejahtera. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya