RMOl. Sejak baru diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat menggantikan Jenderal (Purn) George Toisutta pada Juni 2011, desas-desus bahwa Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo akan berkiprah dalam politik, sudah beredar. Hal itu wajar karena Beliau masih kerabat dekat Presiden SBY, dan memiliki karir gemilang di militer sebagai salah satu bekal penting untuk tampil di pentas politik nasional.
Menjelang masa pensiunnya Mei lalu, kabar angin yang menerpa Pramono Edhie Wibowo (PEW) makin kencang. Ia diprediksi terlibat langsung dalam partai yang didirikan kakak iparnya. Malah dia sempat diduga tidak akan menyelesaikan tugas militer hingga akhir masa jabatan. Dari internal Demokrat sendiri, Pramono sempat diangkat-angkat sebagai tokoh yang paling pantas menjabat ketua umum Partai Demokrat lewat kongres luar biasa (KLB) di Bali 30-31 Maret 2013. .
Kini, apa yang dulu pernah diklaim Pramono bahwa dirinya akan lebih memilih mengurus keluarga setelah pensiun dari TNI ketimbang terlibat dalam politik, tidak terbukti. Tiga pekan setelah resmi pensiun, mantan Danjen Kopassus itu terhanyut ajakan kakak iparnya untuk membangun Demokrat jelang Pemilu 2014. Masuknya Pramono Edhie ke jajaran Dewan Pembina Demokrat tanpa prestasi dan keringat sama sekali untuk partai.
Memang tidak terdengar riuh resah dari para pengurus partai yang sudah lama bekerja keras sampai berjibaku demi membesarkan partai, hingga memenangkan pemilu dan dua kali memenangkan SBY dalam Pilpres. Tentu tidak ada kader yang berani frontal menolak kedatangan anak bungsu tokoh militer almarhum Sarwo Edhie Wibowo itu. Apalagi, SBY sendiri yang membujuk Pramono menerima jabatan teras partai itu Semua kritik dan cibiran datang dari luar Demokrat karena semakin kental politik dinasti Cikeas di dalamnya.
Bagaimanapun, mantan KSAD itu adalah sosok yang terkenal santun dan bersahaja tanpa kehilangan sifat militernya yang tegas dan disiplin. Jam terbang dan reputasi gemilang di militer, serta darah biru yang dimiliki Pramono adalah bekal yang cukup berbobot untuk melaju ke pencapresan 2014.
Di ujung masa jabatannya sebagai KSAD, PEW meninggalkan jejak gemilang dengan membuka seluasnya penyelidikan kasus pembantaian di LP Cebongan, yang dilakukan sekelompok anggota Kopassus. Untuk pencapresan, usianya juga tak terlalu senja, 58 tahun.
Menarik jika kita mengkaitkan sosok PEW dengan krisis tokoh dan pencapresan Demokrat. Para petinggi partai itu sedang kebingungan setengah mati mencari tokoh yang pantas didukung untuk meneruskan kepemimpinan SBY.
Di sisi lain, SBY sudah berulangkali menegaskan bahwa ia tak mengizinkan satu pun anggota keluarganya untuk mencalonkan diri dalam Pilpres 2014, walau pada sisi lain SBY membangun Dinasti Cikeas di dalam Demokrat. Kabarnya, SBY sudah lama menyimpan dua nama tokoh muda berwawasan global yang dianggapnya pantas untuk menggantikan dirinya, yaitu Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan pengusaha kakap Chairul Tanjung.
Komitmen SBY yang tidak ingin keluarganya maju, mengusik sebagian kader yang sangat mengharapkan kehadiran PEW sebagai calon yang disiapkan. Mereka loyal pada SBY, dan masih percaya bahwa Dinasti Cikeas tetap dibutuhkan untuk menjaga soliditas partai yang kerap dicemoooh sebagai "SBY fans club" semata itu. Mereka juga kurang sreg dengan dua nama yang didesas-desuskan sudah mendapat karpet merah Cikeas.
Diprediksi bahwa kelompok yang menginginkan PEW menjadi capres tak akan mudah menyerah. Mereka akan gigih bermanuver untuk mendorong SBY mau mengubah sikapnya walau mesti mempertaruhkan kehormatan karena sudah kadung berjanji tidak akan merestui kerabatnya maju ke pencapresan. Salah satu arena yang akan diperjuangkan adalah Konvensi Partai Demokrat. Di ajang itulah PEW akan mereka setting sebagai tokoh terkuat mengalahkan semua calon lain dari dalam maupun luar partai.
Lewat tulisan ini, redaksi Rakyat Merdeka Online, sekaligus mengajak pembaca memberikan pilihan dalam poling yang telah kami buka sejak Senin lalu (1/7)."
Menurut Anda, pantaskah mantan KSAD yang sekaligus adik ipar Presiden SBY, Pramono Edhie Wibowo, dicalonkan Partai Demokrat menjadi kandidat presiden 2014-2019?"
Sementara, sampai berita ini diturunkan adalah, mereka yang menyatakan Pantas sebanyak 12.2 persen, yang menyatakan Sangat Pantas 6.5 persen, yang menilai Tidak Pantas 31.7 persen, yang menyebut Sangat Tidak Pantas 47.5 persen, dan mereka yang Ragu-ragu hanya 2.2 persen.
Kami mengajak partisipasti pembaca yang budiman untuk ikut serta dalam poling yang kami sajikan ini. Perlu kami sampaikan, apapun hasilnya nanti, poling ini tidak memenuhi kaidah akademis sehingga tidak mencerminkan sikap rakyat Indonesia secara umum.
[ald]