Jenderal (Purn) Wiranto dalam pidato politiknya menyampaikan gagasan pemikiran yang melatar belakanginya maju kembali sebagai calon presiden 2014.
Dalam pidato yang berdurasi sekitar delapan menit itu, Ketua Umum DPP Partai Hanura ini terlihat semangat dan dan sedikit berkobar-kobar menyemangati kadernya.
"Perubahan adalah suatu keniscayaan, perubahan menuju kebaikan adalah dambaan, tidak ada perubahan adalah kerugian, kerugian menjadi lebih buruk lagi adalah kecelakaan," Demikian Wiranto memulai pidatonya di hadapan cawapresnya, Hary Tanoesudibjo (HT) dan kader Hanura di Hotel Grand Mercure, Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, Selasa (2/7).
Namun jelas Wiranto, ada satu hal yang sering dilupakan bangsa ini, yaitu perubahan. Bagi satu bangsa perubahan tidak datang begitu saja, perubahan akan terjadi melalaui kebijakan dan prencanaan dan pengelolaan yang baik dan matang.
Menurut Panglima TNI ini, bagi Indonesia perubahan sangat diperlukan, yaitu untuk meluruskan kembali jalur navigasi yang sudah menyimpang dari kompas kebenaran, penyimpangan yang sudah merusak sendi-sendi kehidupan kebangsaan, dan penyimpangan yang sudah banyak memproduksi dan mempertontontak prilaku yang memalukan.
Sambung Wiranto, kalau Indonesia ingin eksis sebuah bangsa yang dihormati bangsa lain, maka penyimpangan itu harus dihentikan dan diluruskan. Untuk dapat melakukannya kata dia, yang diperlukan adalah pemimpin perubahan, yang memiliki visi, memiliki komitmen jelas, cerdas, yang syarat dan inovasi baru, mampu menjadi dan memberikan ketauladatan bagi bangsanya, melakukan hal-hal yang benar dan bermartabat, punya hati, dan pempimpin yang tidak mementingkan diri dan kelompoknya.
"Pemimpin yang dalam benaknya hanya ada satu tekat, yakni, perubahan," tegas Wiranto.
Atas pemikiran itulah kata dia, yang telah memberikan inpirasi dan membakar semanagat dia dan segenap jajaran Partai Hanura untuk terus memperjuangkan terjadinya perubahan di negeri ini.
"Pemikiran itulah yang meneguhkan niat dan tekat saya untuk memimpin ngeri ini," tandasnya.
[rsn]