Berita

Politik

Menanti Keterbukaan Prabowo Subianto

KAMIS, 27 JUNI 2013 | 15:35 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Prabowo Subianto penuh kontroversi dan misteri. Kebiasaannya pelit ngomong kepada media massa, apalagi jika sudah menyangkut isu sensitif seputar perjalanan militernya.

Misteri punawirawan pemanggul bintang tiga TNI AD ini tidak jauh-jauh dari gejolak reformasi 1998. Sejarah kelam penculikan para aktivis, kerusuhan 14 Mei 1998, serta upaya kudeta dan hubungannya dengan mantan Presiden BJ Habibie, menjadi isu-isu panas yang paling diburu orang. Untuk isu-isu tersebut, tampaknya Prabowo lebih suka membahasnya di lingkungan tertutup. Selain itu, Prabowo lebih sering mengutarakan dengan gamblang pandangan politiknya dalam forum-forum yang dihadiri kelompok akademisi.

Prabowo Subianto juga tak lepas dari kisah-kisah yang menyimpulkan dirinya tidak mudah dikendalikan semasa berkarir di militer. Puncaknya, kabar rivalitas dengan mantan Panglima ABRI, Jenderal (Purn) Wiranto yang kini memimpin Partai Hanura.


Dalam buku "Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando" yang ditulis mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassandha) tahun 1985 Letnan Jenderal (Purn) Sintong Panjaitan, disebutkan bahwa Prabowo pernah berencana menculik beberapa jenderal ABRI sebagai counter coup yang diduga akan dilakukan oleh para jenderal tersebut.

Tak terhitung buku yang mengungkit sosok mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) ini. Salah satu yang lawas adalah "Detik-Detik yang Menentukan" karya mantan Presiden BJ Habibie. Atau, "Prabowo Sang Kontroversi" karya Erros Djarot dkk.

Dalam beberapa kesempatan wawancara dengan wartawan, Prabowo sempat menanggapi ragam tuduhan kepadanya, mulai dari rencana penculikan para jenderal, penculikan aktivis sampai upaya kudeta. Tapi, Prabowo tetap pelit bicara. Ia malah menyerahkan wartawan untuk menilai sendiri semua tudingan tersebut.

Bagi Prabowo pribadi, seperti kerap dinyatakannya, dalam dunia militer tanggung jawab terhadap komando adalah harga mati. Mantan Komandan Pasukan Khusus TNI AD ini tegaskan, semua urusan di 1998 sudah selesai. Dia  membiarkan sejarah yang menjawab, karena tiap pelaku sejarah menjalankan versinya masing-masing.

Persoalannya, keterbukaan seorang kandidat capres tentang masa lalunya sangat penting bagi rakyat. Apalagi, jika menyangkut perkara pelanggaran HAM berat. Jika Prabowo tidak menuntaskannya, semua itu akan menjadi batu-batu besar yang mengganjal perjalanan politiknya ke 2014. Prabowo lupa pada petuah "jangan beli kucing dalam karung"?

Di sisi lain, tokoh yang dijuluki "the rising star" ini belakangan mendapat rival yang cukup seimbang dalam papan survei politik. Dialah Joko Widodo. Bekas Walikota Solo yang diantarkannya menjadi orang nomor satu di ibukota itu menjelma ibarat bumerang bagi Prabowo. Pelan tapi pasti, Jokowi yang berasal dari PDI Perjuangan, menenggelamkan elektabilitas Prabowo yang tadinya terus bertengger di puncak.

Dengan kampanye pencitraan yang jor-joran di media televisi, Prabowo begitu mengkilap di mata rakyat yang rindu kepemimpinan berwibawa, tegas, nasionalis dan pro-rakyat miskin. Slogan "Macan Asia" yang diusungnya sungguh romantis. Namun, tidak sedikit juga yang menganalisa, kekuatan Prabowo sejauh ini hanya ditopang rakyat kelas bawah yang tidak sempat mengecap pendidikan tinggi. Sedangkan kelompok kelas menengah tidak mudah disilauan oleh segala kemilau sosoknya.

Prabowo boleh saja merasa harus duduk di kursi Presiden RI. Namun, kendaraan politiknya, Partai Gerindra, harus melakukan lebih banyak pembuktian walau telah cukup meyakinkan dalam penampilan perdananya di Pemilu Legislatif 2009. Syarat-syarat parliamentary threshold dan presidential threshold tidak ringan untuk Gerindra dan Prabowo, mengingat segala kontroversi yang melekat. Serangan politik terhadap Prabowo masih akan banyak melintang.

Strategi Prabowo cukup jitu ketika makin akrab menjalin komunikasi dengan penguasa yang masih bertahta, Presiden SBY. Setelah bersaing dalam Pilpres 2009, Prabowo Subianto beberapa kali mengadakan pertemuan tertutup dengan SBY. Untuk orang yang akan berlaga di Pilpres, menjalin komunikasi dengan presiden yang masih menjabat dianggap langkah tepat.

Namun, kedekatan Prabowo Subianto dengan Istana Negara itu membuat panas telinga sejumlah jenderal purnawirawan yang berseberangan dengan Prabowo. Di bawah komando Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan, tujuh jenderal menemui SBY dua hari setelah Prabowo diterima SBY di Istana, 11 Maret lalu. Tak lama setelah pertemuan mendadak itu, Luhut Panjaitan secara tersirat menampik dugaan bahwa kunjungannya bertujuan untuk menghadang langkah politik seseorang (Prabowo).

Spekulasi berdatangan. Informasinya, Luhut Cs saat itu memang  menawarkan alternatif tokoh kepada SBY. Luhut tegaskan, ada banyak tokoh sipil pemberani dan tegas yang layak menjadi presiden. Kalau dari militer tapi menjadi otoriter, rakyat juga yang repot nantinya. Malah, ada rumor berkembang bahwa saat itu Luhut memboyong nama Joko Widodo sebagai calon yang layak diberikan dukungan politik dari sang incumbent.

Nyatanya, elektabilitas Prabowo Subianto yang melambung bukan jaminan. Prabowo adalah target keras operasi elite politik yang tidak menginginkannya sukses. Konon pula, The Rising Star ini bikin cemburu banyak mantan atasannya di TNI. Berbagai cara akan dilakukan agar Prabowo terjungkal.

Sejauh ini, Prabowo masih terbukti tangguh. Bahkan, informasi yang sumbernya dapat dipercaya menyebut Prabowo sudah makin mantap dan begitu percaya diri akan memenangkan 2014. Beberapa nama sudah ditetapkannya sebagai calon yang pantas untuk menjadi calon RI-2. Pendekatan dengan semua elemen pun makin intensif.

Perjalan politik sosok misterius ini sangat menarik untuk dikuti. Program-program yang diusungnya begitu memikat. Tapi, ia harus ingat, stigmatisasi diikuti kampanye anti capres pelanggar HAM tetap jadi ancaman serius. Kita nantikan bagaimana cara Prabowo menjawabnya yang mestinya disertai keterbukaan dan kejujuran. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya