Riak radikalisme masih ada di Indonesia. Namun hal ini bukan merupakan permasalahan yang hanya dihadapi oleh Indonesia, tetapi merupakan fenomena global.
Begitu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menerima World Statesman Award (WSA) alias negarawan dunia dari Appeal of Conscience Foundation (ACF) di Garden Foyer, di Hotel The Pierre, New York, Amerika Serikat, Kamis (30/13) waktu malam waktu setempat.
"Sejatinya, masih banyak pekerjaan yang harus kami lakukan. Kami harus terus memajukan transformasi Indonesia seraya mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Bersamaan dengan kemajuan ke depan kami, kami tidak akan mentolerir setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh kelompok manapun dengan mengatasnamakan agama," ujar Yudhoyono.
Dia mengatakan pihaknya tidak akan membiarkan penodaantempat-tempat ibadah agama manapun atas alasan apapun. Yudhoyono mengatakan akan selalu melindungi kaum minoritas dan memastikan tidak ada yang terdiskriminasi. Dia akan memastikan bahwa mereka yang melanggar hak-hak orang lain akan diganjar hukuman yang setimpal.
"Kami akan melakukan berdasarkan kemampuan kami untuk memastikan bangsa kami yang terdiri atas ratusan kelompok etnis, serta semua umat beragama; Muslim, Kristiani, Hindu, Budha, Konghucu, dan kepercayaan lainnya, dapat hidup berdampingan dalam kebebasan dan persaudaraan. Indonesia akan senantiasa menjadi negara dimana terdapat rumah tempat ibadah yang berlimpah," ucapnya.
Saat ini, menurut dia, Indonesia memiliki lebih dari 255.000 mesjid, lebih dari 13.000 pura Hindu, sekitar 2.000 kuil Budha, dan lebih dari 1.300 kuil Konghucu. Mungkin akan mengejutkan bagi anda, kata Yudhoyono di hadapan pimpinan ACF dan tamu undangan, ada lebih dari 61.000 gereja di Indonesia, lebih banyak dibandingkan di Inggris Raya atau Jerman. Tempat-tempat ibadah ini dapat ditemui di sepanjang jalan yang sama.
Di lingkungan eksternal, masih kata Yudhoyono, Indonesia akan terus menjadi kekuatan bagi perdamaian dan kemajuan. Sebagai bangsa yang ikut andil bagi perdamaian dunia, Indonesia akan terus mengirimkan misi-misi perdamaian ke wilayah-wilayah konflik di seluruh dunia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar, Indonesia akan terus melakukan yang terbaik untuk membangun jembatan antara dunia Islam dan Barat.
"Sebagai bangsa dengan sejarah toleransi yang panjang, Indonesia akan selalu menyuarakan secara tegas moderasi yang kami yakini merupakan pelawan terbaik ekstremisme. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia terus memberi contoh bahwa demokrasi, Islam dan modernitas dapat hidup bersama dalam simbiosis positif," kata dia.
"Sebagai bangsa yang dibangun atas dasar keharmonisan agama, Indonesia akan menjadi yang terdepan dalam kerja sama antar-keyakinan," sambung Yudhoyono.
[dem]